Nusantarakini.com, Jakarta –
Catatan dengan judul seperti ini sudah kami tulis berulang kali. Dan kami melihat bahwa memang yang terjadi sungguh demikian adanya.
Dalam kalkulasi politik yang sehat, berdasarkan indikator-indikator yang nyata, misalnya nampak terlihat antusiasme masyarakat menyambut kehadiran Calon Presiden/Wakil Presiden Anies-Muhaimin (AMIN). Kita saksikan ratusan ribu, bahkan bisa jadi mencapai jutaan massa tumpah ruah di Kota Malang, di Jalak Harupak Bandung, di Sidoarjo dan di Pamekasan. Demikian pula sebelumnya di Kota Makassar, Pangkep, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Padang, Medan dan Bajarmasin. Semua menunujukkan bahwa masyarakat begitu antusias, gembira, bahagia dengan hadirnya Anies Baswedan tengah-tengah mereka.
Kita juga tentu tidak menutup mata, bahwa berbagai rintangan dan tantangan telah dilalui. Misalnya pemboikotan oleh Pejabat Gubernur Jawa Barat, eks-Kahumas Istana Presiden itu, dan lainnya.
Namun berkat Rahmat Allah SWT, doa kedua Ibu dari Anies Baswedan, maupun Ibu dari Gus Muhaimin, doa para masyaikh, para Dzurriyyah ataupun para Habaib, para Arifbillah, para Alim Ulama, dan masyarakat luas pada umumnya, semua tantangan itu sejauh ini dapat dilalui.
Anies-Muhaimin pun telah mendaftar di KPU, diiringi dengan puluhan ribu para relawan, dan telah dinyatakan memenuhi segala persyaratan. Juga telah menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Subroto. Semua itu menunjukkan bahwa jalan yang dilalui makin lapang.
Pilpres Satu Putaran Saja
Kami sering membaca catatan yang menyebut supaya sedapat mungkin Pilpres cukup satu putaran saja. Tentu itu harapan yang baik. Dan kami pun yakin dan percaya pasangan AMIN ini dapat memenangkan Pilpres 2024 cukup dalam satu putaran saja. Hal itu tentu bisa terlaksana, jika:
1. Pemilihan Presiden benar-benar berlangsung jujur dan adil. Untuk point pertama ini memang muncul kekhawatiran yang luas bahwa pilpres tidak akan berlangsung jurdil, sebagai dampak dari Politisasi Lembaga Tinggi Negara yang kita kenal dengan Mahkamah Konstitusi (MK). Politisasi terhadap MK ini tidak mustahil akan terjadi kembali pada saat ada sengketa hasil Pilpres 2024 nanti. Karena itu, wajar jika muncul antipati terhadap MK, terutama kepada keluarga Jokowi (paman Gibran) yang menjabat sebagai Ketua MK itu.
2. Politisasi atas MK, diharapkan tidak terjadi pada ASN melalui Mendagri. Tito Karnavian mesti diingatkan untuk jangan berprilaku seperti Anwar Usman (Ketua MK) itu dalam membela Gibran bin Jokowi.
3. Politisasi KPU, Bawaslu juga jangan sampai terjadi. Kawan-kawan di KPU/Bawaslu tentu telah paham apa tupoksi kerjanya selaku penyelenggara Pemilu. Sudah paham etika sebagai penyelenggara Pemilu. Jangan khianat kepada bangsa dan negara dengan melakukan hal-hak yang tidak etis, apalagi sampai ke tindakan pidana.
4. Kejaksaan dan Kepolisian, serta BIN, juga harus diingatkan supaya fokus pada tugasnya sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang. Jangan bermain api yang bisa membakar rumah kebangsaan kita. Jangan mau dipolitisasi.
5. Dan tentu saja para pemilih, hendaknya senantiasa memperhatikan makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Hindari terima suap. Jangan mau suaranya di TPS itu dijual. Kalau pun tidak enak rasanya menolak uang pemberian para politisi, terima saja baru masukkan di kotak amal masjid. Jangan anda konsumsi, karena uang para politisi itu, tidak jelas halal haramnya. Bisa jadi dari uang korupsi atau dari uang judi, narkoba dan kejahatan lainnya. Bisa jadi, karena itu hindari mengonsumsinya.
Jika proses politik benar-benar jurdil, dengan memperhatikan antusiasme masyarakat setiap kali ada kegiatan jalan sehat, jalan bahagia yang di selenggarakan para relawan AMIN, kami percaya bahwa Insya Allah, atas Rahmat Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya, pilpres hanya akan berlangsung satu putaran saja. AMIN [mc]
*Hasanuddin, Ketua Umum PB. HMI Periode 2003-2005.