Nusantarakini.com, Jakarta –
Apel Siaga Perubahan Partai NasDem dengan tidak mengundang Presiden Jokowi, itu jelas upaya menampar Jokowi dengan sekerasnya. Memang sudah waktunya NasDem bersikap kritis melawan dengan cara yang dimungkinkan. Dan, Apel Siaga Perubahan NasDem ini bisa disebut langkah mantap penyikapan sikap di mana NasDem saat ini memposisikan dirinya.
Surya Paloh mengirim signal keras, dan itu lolongan kemarahan tersumbat. Agaknya kalau mau diperdengarkan itu sepertinya berbunyi, Jika mesti berperang, saya pun siap meladeni. Apel Siaga Perubahan NasDem pagi ini, di GBK, Minggu, 16 Juli 2023, seperti respon atas sikap rezim Jokowi yang merasa digdaya bisa berbuat semaunya.
Perlakuan rezim Jokowi pada Surya Paloh, dan itu Partai NasDem, akhir-akhir ini diresponsnya dengan unjuk kekuatan perlawanan. Apel Siaga Perubahan NasDem ini bentuk perlawanan nyata, bahwa NasDem siap melawan dengan kekuatan yang dimiliki, tidak sebatas massa Partai NasDem tapi seluruh rakyat pendamba perubahan akan berada di belakangnya. Surya Paloh pastilah sudah menghitungnya dengan cermat.
Maka helatan itu tak perlu mesti mengundang Presiden Jokowi–tidak seperti biasanya setiap kegiatan partai politik seperti wajib mengundang RI 1 sebagai keharusan–itu bagi NasDem seperti tidak lagi perlu diistimewakan. Meski itu disebutnya sebagai acara internal partai, yang karenanya tidak perlu mengundang presiden. Tapi justru dipandang sebagai penegasan terang-terangan NasDem atas sikap politiknya.
NasDem tidak merasa jengah tidak mengundang Presiden Jokowi. Justru itu yang ingin ditampakkan sebagi sikap politiknya tanpa basa-basi. Dua partai pengusung dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Demokrat dan PKS diundang pada acara itu, meski hanya 5-10 orang perwakilan untuk setiap partai. Mengundang juga tokoh masyarakat dan para ulama/kiai yang tinggal di seputaran Jakarta turut diundang. Tapi tidak untuk Presiden Jokowi sebagai tamu yang diundang.
Akan ada 2 orasi politik dari Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem, dan Anies Baswedan bakal calon presiden (Bacapres) dari KPP. Orasi politik sebagai penegasan sikap politik NasDem yang tidak mustahil kita akan dengarkan lolongan kemarahan ditumpahkan yang disampaikan Surya “Che” Paloh sebagai kemarahan seluruh jajaran NasDem.
Juga tak kalah menarik tentunya orasi dari Bacapres Anies Baswedan, yang seperti biasanya akan memberi sentilan kritikan tajam berkelas atas kebijakan ugal-ugalan rezim yang meletakkan hukum di bawah alas kaki kekuasaan. Tidak sabar menantikan orasi dari keduanya, suara simbol perubahan.
Apel Siaga Perubahan NasDem ini dimaksudkan lebih untuk konsolidasi pemenangan NasDem dalam Pemilu 2024, dan itu peraihan kursi legislatif baik DPR RI, DPRD tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dan, utamanya menjadikan Anies Baswedan sebagai Presiden RI ke-8.
Inilah helatan NasDem memperlihatkan kekuatannya sebagai partai politik dengan kebesarannya. Inilah suara NasDem memposisikan diri terang-terangan berseberangan dengan rezim Jokowi, meski masih menyisakan 2 kadernya dalam kabinet Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Konon 2 kader itu juga akan dicopot dengan cara “diusir” dengan ditersangkakan dalam kasus korupsi, menyusul Sekjen NasDem Johnny G. Plate yang ditersangkakan pada kasus Base Transceiver Station (BTS).
NasDem seperti memperlihatkan sikap politiknya terang-terangan berhadap-berhadapan dengan rezim Jokowi. Sebuah penegasan dan sekakigus peneguhan sikap suara perubahan vs keberlanjutan. Suara Perubahan disimbolkan pada Anies Baswedan Bacapres yang diusung 3 partai, NasDem, Demokrat dan PKS dalam KPP. Sedang suara keberlanjutan, dan itu meneruskan kerja Jokowi, itu pilihan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Dua kandidat yang berebut di-endorse Jokowi dengan konsep cawe-cawe, dan itu ikut bermain dan seterusnya.
Surya Paloh dan itu NasDem jelas bersimpangan jalan dengan Presiden Jokowi, itu diawali sejak deklarasi Anies Baswedan sebagai Bacapres nya. Sejak itu NasDem “dipaksa” untuk melepas atau membatalkan pencapresan Anies, dan NasDem pantang jilat ludah sendiri yang sudah ditumpahkan. Karenanya, NasDem dibuat sulit dengan berbagai cara memainkan alat kekuasaan. Konsekuensi NasDem sudah tidak dianggap lagi ada dalam koalisi Presiden Jokowi.
Apel Siaga Perubahan NasDem dengan tidak mengundang Presiden Jokowi, itu jelas upaya menampar Jokowi dengan sekerasnya. Memang sudah waktunya NasDem bersikap kritis melawan dengan cara yang dimungkinkan. Dan, Apel Siaga Perubahan NasDem ini bisa disebut langkah mantap penyikapan sikap di mana NasDem saat ini memposisikan dirinya. [mc]
*Ady Amar – Kolumnis.