NUSANTARAKINI.COM-Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan kenaikan suku bunga diperlukan sebagai antisipasi risiko inflasi ke depan.
Pasalnya, pemerintah mewacanakan untuk menaikkan beberapa komoditas penting masyarakat mulai dari BBM Pertalite, tarif dasar listrik hingga LPG 3 kg. Belum lagi, harga pangan kian melonjak di tengah perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir.
“Kebijakan BI akan segera menaikkan suku bunga acuan antisipasi kenaikan inflasi pada April dan bulan-bulan setelahnya, karena inflasi ini sangat bergatung pada bagaimana pemerintah merespon,” kata Piter dalam acara Core Quarterly Review 2022: Mengadang Inflasi Menuju Kondisi Pra Pandemi secara virtual, Selasa (19/4/2022).
Dalam hal nilai tukar rupiah, Piter mengatakan masih akan terjaga meskipun bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves (The Fed) menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, aliran modal asing yang masuk RI masih mencukupi.
“Obligasi kemarin suku bunganya rendah, jadi wajar kalau di pasar obligasi ada kecenderungan investor akan melepas. Sementara pasar modal di Indonesia ini masih memberikan return yang tinggi, didorong oleh kondisi emiten yang baik,” katanya.
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/BI 7DRR) sebesar 3,5 persen pada April 2022.
Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap 2,75 persen dan 4,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers mengatakan kebijakan ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi ekonomi di global maupun domestik. Dari sisi global, Perry menilai proses pemulihan ekonomi akan terganggu karena perang Rusia-Ukraina.