NUSANTARAKINI.COM- Indonesia disebut menguasai 40 persen atau US$70 miliar atau setara Rp1.003 triliun (asumsi kurs Rp14.345 per dolar) ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Dengan begitu, ekonomi digital Indonesia menguasai porsi terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara lain.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF Eisha Rachbini, dalam diskusi publik bertajuk ‘Penipuan Investasi Online’, Rabu (30/3/2022).
Dirinya mengungkapkan, penguasaan itu berpotensi bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar.
“Kita menguasai 40 persen dari total Asia tenggara, dan ini bisa terus berkembang hingga US$146 miliar pada 2025,” ujar Eisha.
Secara sektoral ekonomi digital Indonesia masih didominasi oleh e-commerce dan online media.
Sementara itu, ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara diprediksi tumbuh sebesar US$319 miliar pada 2025. Berdasarkan sektoral, ekonomi digital didominasi oleh sektor e-commerce, yakni US$120 miliar.
Selanjutnya online media mencapai porsi US$22 miliar, dan Sektor transportasi dan makanan US$18 miliar.
Meski potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar, menurut Eisha masyarakat juga perlu hati-hati. Digitalisasi ekonomi juga memiliki tantangan seperti kesiapan infrastruktur, literasi digital, dan literasi keuangan yang masih lemah.
Kelemahan tersebut banyak dimanfaatkan oleh oknum melalui investasi online bodong untuk menjerat korban.
“Merebaknya kasus penipuan investasi online yang merugikan masyarakat, menjadi salah satu isu mengenai pentingnya peran literasi digital dan keuangan di era transformasi ekonomi digital,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat dan praktisi investasi Desmond Wira menuturkan terdapat dua karakter utama investasi di era digital. Kedua karakter tersebut yakni evolve atau selalu berubah dan kompleks.
“Jadi bentuk investasi, instrumen investasi, itu selalu berkembang serta terus berubah, dan justru semakin cepat,” ujarnya.
Menurutnya Desmond setiap waktu karakter investasi terus berubah dan menyesuaikan zaman.
Kemudian terkait karakter kedua yakni kompleks, ia mengatakan masih banyak orang yang belum mengerti tentang investasi digital.
“Bagi orang awam tahunya investasi yang ada cuma bikin profit saja, tapi di dalamnya seperti apa kadang mereka tidak mau tahu,” sambung Desmond.
Lebih lanjut, ia menerangkan cara berinvestasi dengan baik di era digital adalah dengan mengetahui tiga aspek penting.
Pertama, legal. Saat akan berinvestasi pastikan hanya berinvestasi di perusahaan atau aplikasi yang terdaftar alias legal.
Kedua, logis. Investasi yang baik, kata Desmond, pasti memberikan penawaran yang logis. Tidak memberikan penawaran dengan jumlah yang fantastis dalam waktu yang singkat.
Ketiga, riset. Pelajari dengan baik sistem dari investasi, apakah layak berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak. Kemudian, pertimbangkan apa saja risikonya, jika merasa bingung jangan ragu untuk bertanya kepada pihak yang lebih mengerti dan netral.