Nusantarakini.com, Makassar –
Ada satu realita hidup yang kerap terabaikan oleh banyak manusia. Bahwa hidup manusia itu ada di bawah kendali Penguasa yang menguasai segalanya. Hidup itu berada di bawah pengaturan Dia yang mengatur segalanya. Tak ada apapun dalam hidup, besar atau kecil dalam kalkulasi manusia, kecuali ada dalam genggamanNya. Ada dalam radar dan ruang lingkup kuasaNya.
Manusia sebagai ciptaan (makhluk) terbaik dan termulia olehNya diberikan banyak kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu menjadi potensi besar bagi manusia untuk melangsungkan tugas-tugas mulianya di dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai abid (tanggung jawab ubudiyah) maupun dalam kapasitasnya sebagai khalifah (tanggung jawab sosial).
Akan tetapi di sisi lain kelebihan-kelebihan itu sekaligus merupakan ujian bagi manusia. Dan karenanya semua kelebihan (dan sekaligus) kekurangannya tidak bisa dilepas dari kerangka bangunan menejemen Ilahi dalam kehidupannya.
Sebuah realita yang ditegaskan dalam KalamNya: “Dialah Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang terbaik dalam karya (amal)”.
Kesadaran akan kesempurnaan kuasa Allah dalam hidup seperti inilah yang akan menjadi fondasi terkuat dalam membangun hidup yang tenteram. Hidup yang kokoh, tidak mudah goyah dan goncang oleh perubahan keadaan apapun yang terjadi.
Sejarah hamba-hamba Allah dari kalangan para nabi atau pengikut mereka dari kalangan hamba-hamba Allah yang saleh telah membuktikan bahwa kehidupan mereka begitu tenang, kokoh tegar menghadapi terpaan gelombang dahsyat kehidupan. Bukan karena mereka kaya dan berkuasa. Tapi karena sebuah “mental state” (situasi jiwa) yang tegar dalam keyakinan kepada Sang Pemilik dan Penguasa langit dan bumi.
Di tengah goncangan ombak kehidupan kini yang semakin kompleks, dengan masa depan dunia yang semakin tidak menentu. Bahkan terdampar hamparan awan gelap gulita yang mencekam.
Dari kemiskinan dan pemiskinan, kezholiman dan pelemahan kepada mereka yang memang telah lemah.
Dari kebodohan dan pembodohan yang merajalela, kecurigaan dan kebencian di antara manusia. Peperangan, terror, dan bentuk kekerasan lainnya. Juga keangkuhan manusia atas nama ras (rasisme), serta kebangkitan politik rasis kamu putih (white supremacy) di berbagai belahan dunia.
Semua itu menjadi seolah ancaman yang tiada akhir. Realita yang mencekam, membangun rasa khawatir yang menumbuh suburkan keresahan yang tiada ujung.
Realita dunia demikian boleh saja menumbuhkan rasa pessimisme besar bagi banyak manusia. Seolah dunia begitu berat untuk keluar dari siklus syetan yang mengekang. Dunia seolah sesak nafas, serasa mengalami mati suri. Lumpuh tak berdaya untuk bangkit kembali.
Akan tetapi dengan keyakinan yang kokoh dalam kuasa Ilahi yang tiada batas tadi akan terbentuk sebuah mentalitas yang solid pula. Dan dengan mentalitas demikian kita melangkahkan kaki di lorong-lorong kehidupan menuju kepada ridhoNya.
Manusia Mukmin itu akan memandang setiap fenomena kehidupan, tidak saja dengan mata kasat. Tapi lebih dari itu mereka pandang segala sesuatu dalam hidup ini dengan mata hatinya.
Dengan mata hati kita akan melihat cahaya terang di tengah gulita. Bahwa di balik awan tebal itu bersinar mentari tiada henti. Bahwa di balik berbagai tantangan dan kesulitan Allah letakkan kemudahan dan peluang.
Dan dengan mata hati ini pula kita teropong masa depan itu dengan penuh optimisme. Karena sejatinya iman kita selalu mengajarkan jika hidup itu penuh dengan harapan. Dan harapan itu selalu pasti adanya.
Semoga tahun 2020 ini memberikan senyuman yang lebih Indah lagi untuk kita semua. Amin!
Makassar City, 30 Desember 2019.
Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation/Pendiri Pesantren Nur Inka Nusantara Madani USA. [mc]