Nusantarakini.com, Jakarta –
Perhatikan baik-baik gambar ini, ya. Terus, simpulkan pendapatmu dengan gambar itu. Menurutmu, itu gambar apa?
Kesimpulan atas suatu gambar diperoleh dari objek yang terlihat secara aktual yang ditangkap oleh mata dan disimpulkan oleh akal berdasarkan perbandingan gambar yang diperoleh selama ini yang menjadi file dan acuan di dalam otak. Hasilnya tentu batu mengapung di udarakah?
Ya, jika Anda tak berbuat sesuatu, Anda akan melihat batu menggantung di udara, kan?! Ternyata, apa yang Anda tangkap baru dari satu sudut pandang (perspektif).
Sekarang, cobalah dari perspektif yang lain, maka Anda akan melihat hal yang berbeda. Tidak percaya? Coba balikkan hp Anda, maka Anda akan menemukan bahwa batu itu berada di tengah sungai.
Apa moral dari ilustrasi ini? Percayalah, bahwa banyak peristiwa yang kita gambarkan dalam hidup ini tak lain hanyalah fatamorgana. Ketika kita mengecek lebih akurat lagi, apa yang tergambar sama sekali berbeda dengan apa yang nyata dan terjadi. Apa yang tercitra dan tersaji di depan mata, ternyata berbeda dengan sebenarnya.
Bukankah banyak hal dari peristiwa, citra manusia yang ditampilkan, yang kita tangkap dengan indera, ternyata hanya palsu belaka. Begitu pula hidup ini, akan terbalik faktanya manakala kita telah meninggalkannya kelak. Kelak Anda berada sendirian dan membusuk di dalam tanah, terbukalah fakta akan dunia yang kita hidupi ini, bahwa tak lebih hanyalah tipuan yang membawa kesia-siaan umur belaka.
Sebab itu, memperkaya dan memperdalam perspektif itu wajib hukumnya, agar Anda semangkin bijak dan tidak cepat dan mudah tertipu. Apalagi di zaman kampanye sekarang ini. Banyak pencitraan dan penyesatan yang menerjang mata kita setiap hari tanpa absen. Kebohongan terus-menerus diproduksi sampai orang yang memproduksi kebohongan itupun menjadi percaya dengan kebohongan miliknya. Apalagi kita sebagai sasaran kebohongan mereka. Na’udzu billahi min dzalik.
~ Sobirin & Abu Hanief