Nusantarakini.com, Jakarta –
Banyak yang harus dicatat dari gelaran apel akbar alumni 212 tahun 2018 yang baru saja usai kemarin. Pada umumnya, orang histeria dengan massa yang berjubel. Sebagian orang mengatakan jumlah massa yang sekarang, 2018, jauh lebih crowded dibandingkan dengan massa 212 tahun 2016. Orang pun lalu berlomba mengukur massa. Yang jelas massa mencapai jutaan orang dan lebih kurang setara dengan tahun 2016.
Bagaimanapun, massa Muslim yang berkumpul dengan susah payah lintas kelas dan lintas wilayah di Monas, merupakan capaian yang baik dalam hal upaya konsolidasi, apapun motifnya.
Mungkin di level elit 212 dimotivasi oleh politik untuk menumbangkan rezim Jokowi, tapi di level bawah, ada banyak motif yang mendorong mereka menghadiri reuni ini. Ada yang sekedar piknik, ingin swafoto agar dianggap eksis oleh lingkungan pergaulan, tapi ada juga yang didorong oleh iman: ingin mendapatkan nuansa ukhuwah dan penampakan amal Islam yang mereka harapkan. Tapi jangan pula disalahkan bahwa ada juga sekedar mengejar rasa penasaran dalam lingkup massa raksasa dan monumental semacam itu. Apalagi ada gula-gula yang ditawarkan di sana gratis makan, gratis minum, bisa jalan-jalan dengan merdeka di lokasi paling pusat dari Jakarta. Semua punya motif dan alasannya sendiri.
Tapi apapun alasannya, realitasnya umat manusia yang besar di Indonesia berkumpul dengan akrab dan penuh sukacita. Tak ada orang yang terpaksa datang. Yang ada orang memaksakan diri hadir untuk mereguk momentum yang jarang terjadi.
Jika dilihat dari pesan utama dari reuni alumni 212 tahun 2018 ini, jelas konsolidasi untuk ganti presiden. Tak bisa disangkal itu. Maka jika tahun 2016 didorong oleh motif politik tumbangkan Ahok, sekarang harus jujur diakui untuk menekan Jokowi supaya lengser dari kursi presiden. Cuman dibalut demikian halus dengan aneka warna dan rasa.
Satu hal lagi yang perlu dicatat, jika 2016 bintangnya adalah Habib Rizieq Syihab, sekarang pada acara reuni 2018, bintangnya tentu saja Prabowo Subianto, calon presiden penantang Jokowi.
Unik sekali, padahal Prabowo bukanlah alumni gerakan 212.
~ Syahrul E Dasopang