Nusantarakini.com, Jakarta –
Salah satu masalah yang dihadapi partai-partai yaitu minimnya dukungan militan dari massa pemilih. Hal itu akibat dari manuver-manuver yang mengabaikan aspirasi massa yang dilakukan oleh para elitnya.
Salah satunya PPP. PPP saat ini pecah kepengurusan. Satu, PPP versi Romy yang menempel ke pemerintah. Satu lagi, PPP vefsi Djan Faridz yang makin kehilangan eksistensinya.
Ketika musim pemilu dan pilpres makin dekat, PPP Djan Faridz tidak mau kehilangan keuntungan. Maka untuk mengantisipasi hal itu, dia pun mengundurkan diri. Dengan demikian secara otomatis akan diselenggarakan muktamar untuk memilih pimpinan baru.
Karena momennya politik, maka muktamar PPP Djan Faridz ini akan berdampak luas dan tentu akan mencemaskan Romy, sebab perhatian publik akan menengok kembali kisruh PPP. Hal-hal yang tak terduga bisa saja terjadi.
Salah satunya migrasi kepengurusan dan delegitimasi PPP Romy. Ini tergantung kecerdasan PPP Djan Faridz dalam mengcreate dan mengelola isunya.
Apalagi jika sampai PPP Djan Faridz memutuskan koalisi dengan Prabowo dan mengaitkan diri dan dukungan kepada Abdul Somad yang telah menjadi sebagai figur umat, maka bisa-bisa habislah riwayat PPP Romy yang terlalu “membudak” ke kubu pemerintah yang tengah berkuasa. (gft)