Nusantarakini.com, Jakarta –
Ekonomi kreatif yang dimotori oleh teknologi memberi ruang untuk angkatan kerja muda yang menjadi kekuatan ekonomi baru. Seperti diketahui, ekonomi kreatif menyumbang 7,4% GDP pada 2017 yang mencapai 1000 triliun. Ini menjadi titik tumpu bagi generasi millenial menyambut gelombang ekonomi baru dan bonus demografi 2030 mendatang. Hal inilah yang mendorong lahirnya Koperasi Tujuh Karya.
Koperasi Tujuh Karya merupakan koperasi yang diinisiasi oleh perusahaan agrobisnis ternama Masjaya Agrotama berkaloborasi dengan bank Bukopin untuk mendorong inklusi keuangan pada sektor pertanian.
CEO Tujuh Karya, Mahfud Malik mengungkapkan harapannya dengan hadirnya Tujuh Karya ini bertujuan agar petani dapat mengakses perbankan melalui kemitraan koperasi saat ini yang telah berjalan di Sulawesi Selatan.
“Koperasi hadir menjadi institution advisor bagi petani, memperkuat kelembagaan petani, melakukan mitigasi resiko eksternalitas, menjadi drive market bagi petani, memperkuat posisi petani sebagai mata rantai (supply chain) , petani sebagai produsen mandiri,” kata Mahfud Malik saat sambutan acara syukuran dan Tumpengan menempati kantor baru di Menara BTPN kawasan bisnis premium Mega Kuningan Jakarta, salah satu kandang start up kenamaan yang telah banyak melahirkan unicorn Indonesia, Rabu (9/5/2018).
Mahfud menjelaskan, Koperasi Tujuh Karya hadir memberi skema alternatif bagi petani yang selama ini lemah pada posisi-posisi yang “dramatis.”
“Petani menjadi produsen yang sangat lemah, harga keekonomian yang tidak pernah memberi hasil yang menggembirakan, hasil panen yang selalu tergadai dengan ekstrimnya cuaca, rendahnya fasilitas pemerintah dalam memberi dukungan bagi hasil panen petani,” terang Mahfud.
Saatnya petani menjadi kekuatan ekonomi negara bangsa, pertanian adalah sektor yang menjadikan indonesia sebagai the real power, “advantage competitive”, “drive nation”. Regulasi sudah harus mampu melahirkan inisiatif-inisiatif kebijakan yang mendorong sektor pertanian memasuki elevasi yang lebih tinggi.
“Saatnya melangkah. Tujuh Karya menjadi koperasi yang mendorong optimisme di kalangan generasi muda,” ungkapnya lagi.
Mahfud melanjutkan, Koperasi tujuh karya yang dimotori oleh Mahfud Malik , Fatahulla Mughni, Safri Haliding, Akbar Nugraha , Alif Arkan Alamsyah , Rusdy, Mamat Sakera akan menjadi koperasi pertanian yang mula bergeraknya dari tahun 2012 memberikan pinjaman kepada petani dalam bentuk natura pupuk, benih, ongkos kerja, olah tanah, dan biaya panen serta biaya hidup selama musim tanam.
“Gap pasar kredit pertanian yang tidak tersentuh oleh KUR bisa dilihat dari skema yang ditawarkan. Tujuh Karya hadir menawarkan kepada petani, namun skalanya masih sangat kecil. Hal inilah yang mendorong Tujuh Karya mencoba menjajaki peluang-peluang investor. Adapun yang ditawarkan dalam bentuk P2P (peer to peer) lending untuk masuk ke sektor pertanian dengan modal pengalaman dalam mitigasi resiko,” bebernya.
Ia melanjutkan, Nanem yang menjadi platform sedang dalam persiapan. Adapun rencananya di tahun 2018 segera dirilis.
Ia menambahkan, Koperasi Tujuh Karya yang berkantor di menara BTPN kawasan bisnis premium Mega Kuningan Jakarta, salah satu kandang start up kenamaan yang telah banyak melahirkan unicorn Indonesia.
“Sebut saja Traveloka , Tokopedia, ruang guru. Ada pun star up pertanian yang lebih dulu yakni Lima Kilo dan I grow. Semoga Tujuh Karya dengan trade mark nanem mampu menjadi salah satu unicorn yang juga fokus di sektor pertanian yang selama ini belum menjadi prioritas pemerintah, sebagian besar dunia usaha dan perbankan meskipun size usaha ini diperkirakan mencapai 2000 T,“ pungkasnya. [mrm/sda]