Nusantarakini.com, Jakarta –
Hari-hari ini benar-benar sibuk bin pusing. Sebentar lagi tanggal 3-6 Mei 2018 akan ada Rapat Kerja Nasional Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) di Jakarta.
Sebuah organisasi yang diprakarsai oleh guru untuk guru. Ikhtiar orang-orang baik untuk membantu teman sejawatnya menggoreskan pena tentang profesinya, tentang dunia kesehariannya sebagai pendidik dan juga tentang segala yang ada dalam kosmos ini dalam perspektif seorang guru, seorang pendidik.
Guru sekaligus penulis tentunya dengan segala keterbatasannya masih sesuatu yang langkah di negeri yang juga minim budaya literasi ini. Kelompok-kelompok penulis pun masih dapat dihitung dengan jari jemari apalagi kelompok penulis bagi profesi guru, sepertinya yang nasional hanyalah Asosiasi Guru Penulis Indonesia disingkat AGUPENA.
Sejak menulis berstandar ilmiah, memiliki ISBN, International Standard Book Number (Nomor Buku Standar Internasional) menjadi syarat kepangkatan bagi guru sejak III/b guru memang mau tak mau dipaksa menulis. Minimal guru menulis pengalaman mengajarnya atau yang sering disebut Penelitian Tindakan Kelas.
Kebijakan yang meski disambut dengan segala riuh tepuk tangan oleh tokoh politik, birokrasi pemerintahan, seniman, artis, budayawan, Agamawan, juga para akademisi universitas menyambut baik kebijakan ini. Hanya saja dari sekian banyak yang menyambut baik sedikit yang benar-benar serius membantu guru menulis. Para guru mencari jalan sendiri dan mandiri. Membuat asosiasi untuk dirinya sendiri juga dengan ikhtiar sendiri mengembangkan lembaganya.
Menjadi Guru adalah jalan sunyi jauh keramaian cita-cita anak Bangsa sewaktu di bangku sekolah. Pilihan menjadi guru pun kadang menjadi pilihan buntut ketika sudah ditolak sama Profesi yang dianggap menggiurkan. Jalan sunyi sebagai guru kini semakin sunyi dengan memilih menjadi guru penulis, itu jalan yang teramat sunyi. Bukan hanya karena guru sedikit yang memilih jalan penulis, pun jalan sunyi dari perhatian, kebanyakan kita.
Padahal banyak sekali manfaat dari menulis bagi seorang guru. Dengan menulis, dapat terus menerus merangsang guru untuk terus belajar dan melakukan inovasi yang sesuai dengan semangat zaman. Dengan menulis guru akan memberikan gambaran yang akurat dan faktual tentang dunia pendidikan kita dimana guru adalah pelaku langsung dilapangan. Guru menulis juga akan memberikan solusi yang kompatibel dengan problem yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Dengan pengalaman mengajar guru dapat memberikan proyeksi pendidikan yang lebih baik dimasa depan.
Guru, Penulis jalan ini tidak boleh sunyi, harus semarak, semarak dengan gagasan baru pendidikan. Semarak dengan perhatian kita semua, politisi, birokrasi, akademis, artis, Agamawan dll, dan terutama sekali guru itu sendiri.
Sebuah refleksi, hotel Salak Bogor, Malam Jumat pukul 00.23 bersama Ketua Umum dan Sekretaris Umum AGUPENA. Keterangan foto rapat panitia dan Pengurus Pusat AGUPENA di SMK Negeri 8 Jakarta, pada Rabu 25 April 2018.
Ini acaranya Abdul Malik Raharusun – Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional AGUPENA Indonesia tanggal 4 Mei 2018 di buka Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di Balai Kota. Rencana pembicara kunci Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, terkait Revolusi Industri 4.0 dan peran dunia pendidikan. [mc/sda]
*Abdul Malik Raharusun, Ketua Panitia Rapat Kerja Nasional AGUPENA Indonesia.