Nusantarakini.com, Jakarta –
Asia Tenggara tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Indonesia. Hanya karena belakangan pamor pengaruh Indonesia merosot, terutama sejak era reformasi, maka negara-negara yang ada di Asia Tenggara mulai berani menegaskan kekuatannya.
Kendati ada wadah Asean, namun sebenarnya wadah ini hanya semacam forum komunikasi antar negara-negara di Asia Tenggara.
Dua agama besar dan berpengaruh di Asia Tenggara, yaitu Islam dan Budha mulai terlihat riak untuk bersaing mewarnai peradan di Asia Tenggara.
Apa yang terjadi dengan pengusiran Islam dari Rakhine di Myanmar, merupakan indikasi bahwa Budha telah berubah dari agama yang pasif, damai dan moderat, menjadi agama yang mulai berambisi kekuasaan politik. Pernyataan penyesalan pemimpin Budha di Myanmar supaya negara itu jangan seperti Indonesia yang tadinya Budha menjadi Islam, tentu merupakan isyarat kuat agar Budha siap bersaing kekuatan dengan Islam di Asia Tenggara. Akankah terjadi persaingan keras antara Budha dan Islam di seluruh wilayah Asia Tenggara, tergantung rezim di masing-masing negara tersebut. Telah terbukti, bahwa rezim Myanmar akibat dampak tatanan demokrasi, secara tergantung memerlukan legitimasi dari agama Budha sebagai agama rakyat di negara tersebut.
Rupanya demokrasi menyumbang terjadinya legitimasi atas kekerasan dan pengusiran terhadap etnik Rohingya yang Muslim.
Kontestasi dan persaingan pengaruh Budha versus Islam di Asia Tenggara ke depan, tampaknya tidak dapat terhindarkan. Apalagi dengan semakin kuatnya pengaruh China dan Amerika yang tidak mau kehilangan landasan politiknya di Asia Tenggara.
China jelas akan mempermainkan sentimen Budha. Sedangkan Amerika akan mengeksploitasi sentimen Islam. Yang perlu dijaga jangan sampai Asia Tenggara menjadi medan perang kolosal antara China dan Amerika dalam beberapa waktu ke depan.
Tentu sangat disesalkan jika terjadi pergulatan agama antara kekuatan Budha dengan kekuatan Islam di Asia Tenggara. Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand dan Vietnam akan berada satu blok. Sedangkan Indonesia, Malaysia dan Brunei akan berada satu blok berdasarkan sentimen Islam. Di sisi lain, Filipina dan Timor Timur akan berada satu blok Katolik.
Yang unik ialah Singapura. Dimanakah tempatnya jika konstelasinya terjadi semacam itu? Apakah dia akan selamat dan mengambil keuntungan jika terjadi konflik berdasarkan agama di Asia Tenggara?
Pertanyaan berikutnya ialah apa implikasinya bagi Indonesia? Jelas, konstelasi semacam itu menggagalkan transformasi Indonesia menjadi negara kuat dan maju di belahan Asia Tenggara. Konstelasi semacam itu merongrong Indonesia dan menguntungkan bagi China dan Amerika.
Karena itu, bisa jadi instabilitas yang terjadi di Asia Tenggara berdasarkan dorongan ambisi kekuatan agama Budha, merupakan grand design China untuk menggagalkan Indonesia sebagai negara kuat sekaligus menancapkan pengaruh militer,ekonomi,budaya dan politiknya. Ini harusnya yang dilihat para pemimpin politik di Indonesia agar lebih berjarak dengan China. (sed)