Nusantarakini.com, Jakarta –
Seseorang baru mantap imannya ketika tiba-tiba di dalam hatinya berkata saat melihat manusia-manusia yang saling ribut berlomba mencari kebahagiaan material: apa yang kalian cari?
Dia tiba-tiba seolah berada dalam garis demarkase yang berbeda dengan manusia-manusia itu. Dia merasa terasing dan teralienasi dari manusia-manusia umum itu, tapi dia tidak merasa menyesal, malahan berbahagia karena telah melewati fase hidup yang konyol dan sia-sia tersebut.
Seseorang baru mantap imannya saat orang-orang terheran-heran melihat hidupnya lalu berucap di dalam hati mereka: apa yang dicari orang ini. Hidupnya aneh sekali. Tapi kendati pun demikian, meraka hanya terheran-heran belaka. Tidak sedikit pun dia mengancam kelangsungan hidup yang mereka jalani.
Itulah gambaran nyata orang yang beriman. Itulah yang dirasakan kafirun Makkah saat mendapati Muhammad, Abu Bakar dan kemudian Usman dan Umar. Mereka terheran-heran. Mereka betul-betul asimetris dengan jalan hidup yang berlaku umum.
Itu semua terjadi manakala iman telah meresap dan kemudian mencelup batin mereka sampai akhirnya warna hidup mereka berubah dari sebelumnya merah menjadi hijau. Dari sebelumnya hitam menjadi putih.
Afalaa tatafakkaruun? (sed)