Nusantarakini.com, Jakarta –
Kau mungkin tak tahu bagaimana kerasnya bapakmu berjuang untuk hidupmu. Mana mungkin kau tahu. Hari-harinya dihabiskan untuk membiayai hidupmu.
Apakah kau tahu hari-harinya dikorbankan demi dirimu. Apakah kau tahu, isi otak dan gerak nafasnya hanya untuk hidupmu yang lebih baik dari hidup yang dialaminya.
Kau mungkin menganggapnya remeh. Karena setiap hari bertemu dengan wajahnya yang keruh dan membosankan.
Mungkin bau badannya tidak sedap bagimu. Mungkin bajunya itu-itu saja kau lihat hingga membosankan bagimu. Tapi dia tak hiraukan itu demi hidupmu.
Tahukah kau dia pontang-panting menggelinding di jalanan demi kau bisa makan enak, jajan enak. Dia korbankan jatahnya demi kenikmatanmu. Dia korbankan jatah hidupnya demi kesenangan hidupmu. Demi kau bisa hidup senang seperti halnya anak-anak sebayamu.
Siang malam dia membicarakanmu. Membicarakan bagaimana dirimu hidup benar dan betul. Dia habiskan pikiran dan tenaganya demi hidupmu, demi dirimu.
Kau tahu itu bahwa dia tak pernah menuntut untuk dibalas. Kepuasan hatinya hanya saat melihat dirimu betul, benar sesuai yang diharapkannya. Bahkan ketika kau tak sanggup memenuhi harapannya, dia masih menyalahkan dirinya.
Hei kau Anak, tahukah kau itu? Masihkah kau sanggup bilang bapakmu tak sayang padamu?
~ Sungai Embun
