Nusantarakini.com, Jakarta –
Afrika tampaknya sudah menjadi koloni China. Baru-baru ini, Jiboti menyerahkan dirinya sebagai pangkalan militer China bertepatan peringatan 90 tahun Tentara Merah China atau PLA yang berada di bawah kekuasaan Partai Komunis China. Hal ini menandai bahwa militer China bergerak cepat ekspansi ke seluruh penjuru dunia serentak dengan ekspansi besar-besaran pengaruh ekonomi, politik dan budaya China.
Afrika saja yang minus dapat menjadi target bagi koloni China, bagaimana jadinya Asia Tenggara? Demikian pertanyaan setiap orang.
Untuk mengkolonialisasi Asia Tenggara, seperti Indonesia, tentu bukan perkara sulit. Aksi proksi terhadap elit-elit korup yang gampang disogok, bisa jadi alat yang efektif. Dan rasanya itulah yang sedang berlangsung di Indonesia.
Sementara itu, sudah sejak lama infiltrasi kultur nasional dilakukan oleh jejaring RRC sampai kemudian kehadiran RRC yang ekspansif ke negeri ini dipandang sebagai suatu yang lumrah.
Ketika nanti ekonomi dan politik diatur secara langsung oleh Beijing seperti halnya di masa Orde Baru Indonesia diatur dari Washington, rakyat sudah ridla saja.
Sekarang ini saja, kiblat pemerintah Indonesia di bawah rezim yang ditopang oleh PDIP, Nasdem, Hanura, PPP, PKB dan menyusul Perindo, sudah jelas ke RRC. Satu-satunya rintangan bagi RRC untuk menggenggam Indonesia, yaitu umat Islam patriotik. Adapun umat Islam golongan tradisionil yang plastik, hanya dengan sogokan berbagi konsesi politik, bisa diatur dengan ringan.
Karena itu, penghalang dari umat Islam patriotik ini diusahakan untuk musnah dengan berbagai cara, baik cara stigmatisasi maupun cara kekerasan. Misalnya, mereka mulai menuduh umat Islam patriotik ini sebagai penganjur khilafah yang anti NKRI. Yang sebenarnya anti NKRI yang independen dan bermartabat itu, mereka para proksi China ini.
Jadi, Indonesia berada di ambang kolonialisasi RRC itu nyata dan bahaya. Adapun TNI masih wait and see, atau mungkin berada dalam jurang dilema.
~ Sungai Embun