Nusantarakini.com, Jakarta –
Seorang pengamat politik yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan bahwa penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi E-KTP oleh KPK hanya implikasi dari dinamika perebutan kekuasaan di tubuh Partai Golkar.
Kata dia, menjelang tahun politik sekarang ini yang akan berlangsung pada 2018 – 2019, posisi Ketua Umum Partai Golkar memang sangat diperebutkan oleh beragam faksi di dalam partai warisan Orde Baru tersebut.
Dia menambahkan, setidaknya ada dua kekuatan yang akan bertarung memperebutkan posisi Setya Novanto sebagai ketua umum. Lucunya lagi menurut dia, justru intrik untuk menyingkirkan Setya Novanto berasal dari jajaran pemerintahan sendiri.
“Anda tahulah bahwa ada menteri seribu urusan yang sejak jauh hari juga ingin mengincar posisi itu. Sementara itu, wapres kita juga berhasrat mau comeback menguasai Golkar, kan?” ujarnya.
Nanti akan ketahuan siapa calon pengganti Setnov yang muncul sesudah dia diproses lebih lanjut, katanya. “Jika Ade Komarudin nongol lagi, berarti itu gaweannya wapres. Tapi jika Yoris dan kawan-kawan muncul, berarti itu kerjaan menteri segala urusan,” ujarnya dengan tertawa.
Golkar ini partai persekutuan para oligarkhi. Jadi, sangat wajar selalu terjadi mangsa memangsa di dalamnya, kata dia.
Yang tidak mendidik dari partai Golkar, yaitu mereka bertarung secara internal dan untuk urusan internal, tapi arenanya dilebarkan menjadi urusan publik. “Ini yang aku nggak suka,” ujarnya. (hgt)