Nusantarakini.com, Jakarta –
Hermansyah. Lelaki yang berpihak. Mengabaikan risiko. Risiko tidak populer. Dan…risiko nyawa.
Saat umat memerlukan argumentasi canggih dari dunia IT yang elitis, Hermansyah datang. Dia menerjang kepalsuan rekayasa. Kata-katanya mematahkan kerasnya tulang baja keangkuhan.
Umat terselamatkan moralnya. Umat punya senjata canggih intelektual. Dialah Hermansyah. Senjata sekaligus rujukan dalam soal rumitnya dunia IT.
Hermansyah tentu tak mengira harga yang harus dia terima dari sikap tak populer itu.
Tapi waktu terus bergulir. Sikap memihak kepada kebenaran sudah lazimnya meminta pengorbanan. Namun pengorbanan yang diambil dari Hermansyah rupanya tidak main-main. Nyawa.
Untunglah Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan masih menyelamatkan nyawa Hermansyah. Dia belum pergi meninggalkan kita.
Jika dia pulih, dia akan bersaksi dengan apa yang dialaminya. Kepalsuan akan terbongkar. Kejahatan akan tersingkap.
Sekarang, Hermansyah adalah pahlawan. Pahlawan perlawanan terhadap kemunafikan. Pahlawan terhadap keculasan dan kekejaman. (frt)