Nusantarakini.com, Jakarta –
Idul fitri harusnya menebarkan aroma sedap tentang perkembangan “perang tertutup” antara umat Islam melawan rezim Jokowi, justru aroma busuk yang didapatkan. Tiba-tiba saja, ada sosok yang futhur (batalkan puasa) dari puasa interaksi dengan kekuasaan.
Betapa tidak, tanpa perang tanding lebih dulu, sekonyong-konyong Bachtiar Nasir sebagai Ketua GNPF meleleh di istana menemui Jokowi. Tidak ayal lagi, para pendukung rezim yang kerap sinis dan nyinyir terhadap Islam mendapat durian runtuh dan amunisi untuk melecehkan umat di kemudian hari. Tidakkah Bachtiar Nasir menghitung implikasi itu?
Langkah Bachtiar Nasir cs ini benar-benar tidak menghormati spirit 212 yang ranum di mana-mana. Dengan cincai di istana, umat merasa jerih payah perjuangan mereka selama ini melawan rezim Jokowi tidak dihargai sama sekali.
Memang untuk menjadi pemimpin umat itu harusnya bukan berasal dari ustadz-ustadz yang tidak jelas track recordnya. Yang jelas track recordnya saja bisa melenceng.
Bukan perkara pertemuan antara Bachtiar Nasir dengan Jokowinya yang dipermasalahkan. Tapi pertemuan antara Ketua GNPF MUI dengan orang yang tidak ramah dan menyayangi ulama dan Islam itulah yang jadi soal. Tetutama sekali, implikasi moral dari pertemuan tersebut.
Jelas, pertemuan yang tidak patut itu telah membawa dimensi demoralisasi spirit 212 yang sudah bersemi di dalam masyarakat. Apalagi jelas yang mendatangi bukan pihak istana, tetapi Bachtiar Nasir cs yang mendatangi istana. Dalam tradisi perlawanan Islam, mendatangi penguasa yang selama ini suka membiarkan berlangsungnya pelecehan Islam dan ulama, merupakan tindakan tercela.
Dengan demikian, amat mendesak adanya evaluasi terhadap GNPF MUI dan menyorong sosok baru sebagai pemimpin moral gerakan spirit 212.
Jika dibiarkan kosong tanpa ada alternatif terhadap GNPF MUI Bachtiar Nasir, spirit umat akan hancur bersama waktu dan rezim Jokowi makin angkuh karena merasa berhasil melelehkan pergerakan dan perlawanan umat Islam di Indonesia. Bachtiar Nasir sudah tercoret dengan tinta merah dari konstelasi kepemimpinan umat Islam. Dia sudah meleleh bersama Jokowi.
Siapa pun yang maju sebagai sosok yang memperjuangkan spirit 212 untuk menggeser Bachtiar Nasir, harus didukung selama tidak meleleh dan cincai di depan penguasa. (ftr)