Nusantarakini.com, Jakarta –
Orang-orang Nusantara dahulunya senantiasa mengandalkan alam sebagai pemasok langsung kebutuhan konsumsi mereka. Mereka tidak perlu mengolah lebih rumit untuk menghasil makanan dan minuman, karena iklim dan alamnya yang melimpah dan tetap tersedia.
Orang Nusantara tidak seperti orang di benua Eropa atau Gurun Sahara Afrika dan Arab yang selalu terancam stok makanan dari alam karena faktor musim. Di sana jika musim dingin berlangsung, maka stok makanan harus disiapkan.
Hingga tibalah era industri yang dibawa oleh penjajah di nusantara. Pertama diperkenalkan secara massif gula pasir sebagai bagian dari konsumsi. Tanam paksa diterapkan. Lahan pertanian untuk aneka ragam tanaman, diubah menjadi tebu bahan baku gula. Kemudian masyarakat dipaksa konsumsi gula secara sistematis. Sejak itu, gula jadi bagian penting dari tradisi baru makanan penduduk nusantara.
Habis gula, timbul rokok. Polanya sama seperti kasus gula. Penduduk dipaksa menanam tembakau. Lalu rokoknya dijual ke penduduk. Maka jadilah penduduk Indonesia perokok berat.
Mie instan punya cerita lain. Bahan bakunya gandum diimpor dari Australia dan negara lain. Tapi pemasyarakatan makanan yang semula asing ini, lama-lama menjadi kebiasaan. Akhirnya, penduduk nusantara jadi konsumen mie instan terbanyak.
Lalu air minum yang tadinya biasa diperoleh dari sumur dan sungai, kini dengan memakai pola pendekatan mie instan, akhirnya penduduk Indonesia mengambil sumber air minumnya dari galon-galon perusahaan air mineral.
Enta malas atau bodoh, orang lebih memilih minum dari Aqua ketimbang air dimasak sendiri yang diambil dari sumur. Padahal nusantara tidaklah kekurangan air.
Walhasil, gula, rokok, mie instan dan air mineral menjadi bagian sehari-hari dari pola konsumsi penduduk. Akibatnya, penduduk nusantara menjadi tambang bisnis yang lugu dari orang asing.
Sekiranya penduduk nusantara berhenti memakan gula pasir, berhenti merokok, tidak makan mie instan dan menghindari konsumsi minuman air mineral produk perusahaan, mereka pasti bisa lebih kuat, mandiri dan sehat. Tapi apa boleh buat, mereka terlalu lugu dan gampang dibodohi. Sekarang jati diri orang nusantara yang menghargai alam dan punya ketergantungan dengan alam sebagai sumber kehidupan mereka, terkikis oleh pemasyarakatan industri yang menjauhkan penduduk dari alam. (gft)