Nusantarakini.com, Jakarta –
Siapa pun yang membaca fenomena politik hari ini, segera dengan mudah mengerti, kini RI di bawah Jokowi tengah berayun ke arah kiblat baru, RRC, kendati tidak segebyar saat Ahok belum dikalahkan oleh rakyat Jakarta. Hubungannya dengan Ahok, bahwa figur tersebut merupakan cinderamata politik dari Jokowi untuk RRC yang giat-giatnya melebarkan pengaruhnya di dunia. Pertanyaannya sekarang, sebenarnya apa alasan utama di balik aliansi Jokowi dengan RRC?
Ini bukanlah soal patriotisme untuk membangun Indonesia, apalagi untuk tujuan keseimbangan geopolitik.
Indonesia di bawah Soeharto hingga reformasi berada di bawah dikte Amerika. Semua orang tahu itu. Oleh sebab itu, konstalasi dan formasi elit nasional pun mempiramid ke jaringan kepentingan Amerika dan Eropa. Saat Jokowi muncul menyibak formasi elit yang sudah terbangun lama itu, maka banyak elit-elit yang tergendong dala gerbongnya berusaha untuk merombak formasi elit itu dengan cara membelokkan haluan RI ke RRC. Tujuannya ialah supaya akselerasi formasi elit yang bertulang punggungkan kapital dan kepentingan RRC terbangun dan mengimbangi formasi elit lama Orde Baru.
Dari semua hal itu, perubahan kiblat ini, perubahan sekutu internasional ini ialah untuk mendukung formasi elit baru dalam hal jaringan internasional sekaligus jaringan kapital. Sebab, kekuasaan itu apalagi suatu formasi yang besar, memerlukan kapital dan dukungan internasional yang besar dan kuat.
Tapi sebenarnya pun, kapital yang ada di RRC masihlah merupakan kapital Barat. Dengan demikian, kapital yang digunakan untuk menopang kekuasaan rezim Jokowi ini masihlah kapital Barat, akan tetapi via dan bersama RRC. Bagi rezim Jokowi itu tidak penting. Yang penting ialah formasi elit lama Orde Baru dapat disaingi dan digeser dari nahkoda kapal RI.
Begitulah perangai elit-elit di Indonesia. Demi untuk berkuasa, mereka biasa mengundang asing untuk bersekutu dalam rangka menyingkirkan rival kekuasaan domestiknya. Jika kita baca sejarah kerajaan-kerajaan dahulu, bercokolnya Portugis, Belanda, dst dimuluskan oleh persaingan internal elit-elit kerajaan. Merekalah yang ikut mengundang penjajahan di negeri kepulauan ini. Masih ingatkah Anda persaingan Arung Palakka dengan Sultan Hasanuddin? Masih ingatkah Anda bagaimana perang Jawa-Diponegoro meletus?
Perang ini meletus karena penghianatan antar bangsawan Jawa dan intrik Belanda dan China. Pertanyaannya lagi, sampai kapan elit-elit di Indonesia berhenti saling menghianati dan saling menghancurkan yang dampaknya hanya penderitaan rakyat saja?
~ John Mortir