Nusantarakini.com, Jakarta –
Tuhan telah memberikan umat petunjuknya yang gamblang, bahwa power tends to corrupt itu terbukti adanya.
Sepanjang 2016 yang melelahkan sekaligus menguji ketabahan umat Islam dalam menghadapi musuh-musuh politiknya yang bersembunyi di balik Ahok yang sudah keok, terkuaklah bahwa ternyata ada entitas lebih dari pada sekedar kekuatan lobby, tapi juga pengatur diam-diam kehidupan dan proses politik di Indonesia. Dialah yang disebut sembilan naga, yaitu sekumpulan individu penguasa ekonomi di Indonesia yang acap mengatur peta politik.
Fenomena sembilan naga ini merupakan fenomena korporasi yang menjelma menjadi kekuatan signifikan secara politik di hadapan partai-partai politik dan kekuatan politik formal. Bukan rahasia lagi, selain bertindak sebagai bandar, sembilan naga juga mengatur kebijakan dan memplot orang-orangnya di berbagai lini kekuasaan.
Bertahun-tahun umat Islam membiarkan fenomena ini berjalan tanpa gugatan hingga muncullah figur Ahok, suatu figur yang pekat aroma rekayasa kepentingan sembilan naga. Umat Islam menyadari itu dan dengan sangat kuat mulai bergerak melancarkan perlawanan, kendati plot kepentingan sembilan naga ini didukung parpol-parpol yang memiliki kursi legislatif yang banyak. Akhirnya pecahlah perlawanan umat Islam melawan kepentingan sembilan naga yang berkolaborasi dengan parpol-parpol minus Gerindra dan PKS-suatu perang politik yang keras dan menguras banyak uang sembilan naga. Hasilnya, umat Islam menang, sembilan naga dan skuadron sekutunya keok. Ahok tamat secara politik. Sembilan naga beringsut seperti ular piton yang takut dipukul kepalanya.
Namun yang namanya ular, jika tiba waktunya untuk memangsa lagi, dia akan kembali mengganas seperti yang terjadi sebelumnya.
Mengingat sekali lagi fenomena sembilan naga adalah fenomena korporasi yang lepas tak terkendali di alam liberal dan nyaris tanpa hambatan yuridis yang berarti, maka hanya umat Islam yang dapat diharapkan untuk membungkam dan mengontrol korporasi agar senantiasa tidak liar dan ramah Islam.
Hanya dengan tekanan massa dan memperkuat daya tawar ekonomi umat Islam, maka korporasi seperti fenomena sembilan naga, dapat dipagari.
Tentu hal ini bukan dalam maksud untuk mematikan korporasi berkembang di Indonesia. Tapi semata-mata hanya membinasakan korporasi yang melenceng dari tangungjawabnyalah yang dituju. Fenomena sembilan naga, sekali lagi harus diakhiri dan itu hanya dapat dilaksanakan oleh umat Islam. Bukan yang lain.
Umat Islam harus mendaftar korporasi mana saja di Indonesia yang bermain politik praktis dan korporasi mana saja yang tidak ramah terhadap umat Islam. Dan korporasi mana saja yang bermain monopoli dan bermain kotor dalam bisnis. Daftar korporasi semacam itu harus diboikot dari pasar konsumen umat Islam.
~ John Mortir, untuk rakyat yang berizzah