Nusantarakini.com, Jakarta –
Pasca bebasnya aktivis pergerakan Rijal dan Jamran setelah menjalani vonis hukuman penjara 6 bulan 15 hari di penjara Cipinang, melaksanakan acara silaturahmi dan buka bersama di kediamannya di Warakas Tanjung Priok, Sabtu (17/6/2017).
Dalam orasinya Rijal memaparkan bahwa sejak lama aparat kepolisian meminta ia menghentikan memimpin perlawanan terhadap Ahok. Karena sikapnya tidak goyah. Dini hari tanggal 12 Desember 2016, Rijal ditangkap sekolompok polisi dipimpin AKBP Sandi Hermawan, adik Kapolda Metro Jaya Iwan Buleleng untuk kemudian dibawa ke Mako Brimob.
Rijal melanjutkan ceritanya, bahwa di Mako Brimob ia sempat syok bertemu dengan kakaknya Jamran, juga dengan Sri Bintang Pamungkas (SBP). SBP sempat ditanya kenal dengan Rijal. SBP cuma tanya ini Cina dari mana ya. Menurut Rijal mukanya yang mirip keturunan dikira SBP orang Cina. Dalam benak SBP ‘koq ada ya orang cina yang makar ..’, canda Rijal.
Rijal menegaskan apa dilakukan ia dan kawan-kawan adalah gerakan hati nurani kebenaran. Rijal sangat mengetahui kebohongan Jokowi di Pilpes sampai kedzaliman dilakukan oleh Ahok yang disokong serikat taipan rasis.
Selaku Presiden Persatuan Mantan Napi (Permana), organisasi yang didirikan oleh para napi Cipinang dan Rijal didapuk sebagai ketua organisasinya, Rijal menyerukan: “DARI UTARA KINI KAMI KEMBALI MELAWAN JOKOWI.”
Adapun Jamran menyampaikan bahwa melawan kedzaliman bukan sekedar keberanian, tetapi semangat ukhuwah (persatuan) yang paling utama. Penjara hanya bisa memenjarakan fisiknya, tetapi bukan kemerdekaan hati dan pikirannya.
Adapun Mayjend (Purn) TNI Aditya Warman, ia tidak bisa menyampaikan banyak cerita sebagaimana dikisahkan oleh Rijal dan Jamran. Beliau hanya ditangkap satu hari saja. Penangkapannya di rumah. Buku yang disita dari rumahnya adalah kongres PKI di Malang, kongres Mujahidin dan buku bela negara.
Bagi Aditya Warman, penangkapan tuduhan makar adalah penghinaan. Selama ia menjalankan tugas negara sebagai TNI, ia menegaskan tidak terpikir soal makar atau melakukan pemberontakan. Ia hanya ingin kembali kepada UUD 45 yang asli. Kondisi negara ini sudah sangat kritis dan arah negara ini dibawah kendali para pemodal asing dan aseng yang telah merongrong kedaulatan bangsa dan negara.
Dalam kesimpulan penutupnya, Aditya Warman menyampaikan, jangan sampai kita berpikir TNI akan turun sebelum rakyat yang bergerak lebih dahulu. TNI tidak akan tinggal diam jika rakyat terus menerus dalam keadaan tertindas. Satu tahun ini adalah waktu kita membuat panggung rakyat mengungkapkan segala kebobrokan yang diperbuat oleh elit politik yang berkuasa saat ini.
Jangan melihat kelemahan dan kekurangan kita. Tapi siapa sangka, Ahok yang memiliki kekuasan dan uang tidak terbatas bisa tumbang. Kemarin musuh kita Ahok, kini musuh bersama kita adalah Jokowi.
Konsep perang kita adalah gerilya. Alloh tidak akan meninggalkan kita. Alloh akan membantu perjuangan kita. Demikian Aditya Warman.
Acara buka bersama ini dihadiri tokoh masyarakat dan kalangan aktivis, antara lain Mayjend TNI Purn Aditya Warman, Martimus Amin, Daeng Faisal Luar Batang, Karman BM Ketum PP. GPIII, Boim Al Betawi, dan beberapa yang lainnya. [Martimus Amin/mc]