Nusantarakini.com, Jakarta –
Kalau ditanya, kampus apa yang paling elit di Indonesia, kebanyakan orang jawab, ITB. Terus fakultas apa yang sukar ditembus, jawabannya Fakultas MIPA.
Untuk menembus Fakultas MIPA ITB, kebanyakan orang menempuh pendidikan 12 tahun. 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA. Bahkan di tambah PAUD dan TK, menjadi total 15 tahun. Sia-sia betul umur dihabiskan hanya untuk menembus kuliah di ITB. Itu komentar orang waras pada umumnya.
Setelah kuliah 4 tahun rata-rata, ujung-ujungnya mencari pekerjaan alias dipekerjakan. Padahal sudah menghabiskan umur 15 tahun hanya untuk sekolah dan sekolah.
Ternyata realitas majemuk ini dipatahkan oleh Izzan, anak 14 tahun yang bisa tembus ITB tanpa harus habiskan umur di sekolah formal. Bekal formalitasnya cuma ijazah Paket C setara SMA. Selebihnya pelajaran yang berkaitan dengan bisa masuk ke ITB dikuasai lewat belajar sendiri secara otodidak yang dibimbing oleh ibunya sendiri.
Izzan telah membuka mata publik, bahwa Fakultas MIPA ITB itu tidaklah elit-elit amat untuk ditembus. Kuncinya kuasai pelajaran yang berkaitan dengan domain MIPA ITB, seperti Matimatika, Fisika dan seterusnya. Soal teknis formal biar bisa ikut ujian saringan, dapatkan ijazah dari paket C.
Fenomena Izzan semakin membuka mata publik bahwa apa yang baku, tidak selalu kren. Misalnya harus sekolah formal berjenjang-jenjang hingga habiskan umur.
Susi Pujiastuti, juga contoh bagaimana menjadi pintar dan kompeten itu tidak harus sarjana. Nyatanya ibu menteri paling berkarakter ini, hanya lulusan SMP. Kecerdasan dan ketangkasannya diperoleh langsung dari praktik hidup secara langsung.
Ke depan, kita menginginkan banyak orang seperti Izzan dan Susi. Sebab sekolah sudah bagaikan penjara yang mengekang kemerdekaan manusia. Apalagi sekolah telah jatuh menjadi ladang bisnis pula. (sed)