Nusantarakini.com, Jakarta –
Hanya ada satu kesimpulan yang logis tentang Ahok yang semula over publisitas menjadi semilir dan akhirnya hilang dari media, bahwa sosok ini benar-benar muncul ngetop hasil sebuah orkestra kekuatan ghaib siluman kekuasaan.
Harusnya Ahok diketahui secara jelas dimana keberadaannya sekarang. Ada yang bilang di Mako Brimob, tapi sebagian yang pernah berkunjung ke tempat itu untuk menengok tahanan, bilang Ahok rasanya tidak ada di sana.
Masuk akal juga. Apa yang tak bisa terjadi di Republik dimana hukum hanya main-main. Gayus Tambunan dulu bisa keluar masuk sesuka hatinya, padahal statusnya ditahan. Apalagi Ahok, demikian orang menduga-duga.
Kalau memang dia, sudah ditahan, tunjukkan padaku, dimana selnya, kata gubahan sebuah lagu dari Asep Irama.
Lagi pula Ahok sudah tarik pernyataannya untuk banding. Lha sekarang harusnya ditahan dong di Cipinang atau dimana lah. Masak di Brimob.
Lain Ahok, lain si penyiram Novel Baswedan dengan air keras itu. Kok berbulan-bulan nggak dapat ditemukan oleh polisi. Jangan-jangan…nah akhirnya orang komentarnya lagi-lagi begitu.
Katanya polisi hebat intelijen dan detektifnya. Masak ini tidak.
Wajar dong orang menuntut supaya si penyiram ditunjukkan batang hidungnya. Bila perlu, personel Densus 88 mungkin tak ada salah diturunkan.
Jadinya jika begini, baik kasus Ahok maupun Novel Baswedan, orang menjadi muak dengan aroma yang ada. Aromanya tidak sedap dan bikin hati dongkol saja. Jangan salahkan bila orang berkata, masih percaya dengan anu…(gtr)