Nusantarakini.com, Jakarta –
Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Kampung Melayu tadi malam, memang terindikasi janggal dan sarat rekayasa.
Ahmad Rifa’i Pasra dari Jaringan Demokrasi untuk Konstitusi mensinyalir ada delapan hal yang membedakan mana bom bunuh diri palsu, dan mana bom bunuh diri betulan.
“Saya akan tunjukkan Anda cara membedakan bom bunuh diri asli dengan bom bunuh diri rekayasa,” katanya. Pernyataannya beredar di berbagai WA Group.
“Pertama, yang asli, korban meninggal di atas belasan hingga puluhan orang. Ingat berita-berita bom bunuh diri di Timur Tengah atau negara yang terlibat konflik!
Kedua, yang palsu, korban tewas 2 sampai dengan 3 orang, yang lainnya hanya luka-luka dan tidak sampai meninggal!
Ketiga, yang asli akan memposting pesan ancaman yang ditujukan pada pihak tertentu sebelum melakukan aksinya melalui video!
Empat, yang palsu, tidak ada pesan sama sekali!
Lima, yang asli, jika berhasil, pasti akan mengaku sebagai pihak bertanggung jawab.
Enam, yang palsu, tidak ada yang mengaku bertanggungjawab!
Tujuh, sasaran bom bunuh diri asli adalah pusat keramaian.
Delapan, yang palsu, menjauhi pusat keramaian!” tulisnya.
Dia juga menambahkan agar dicermati kemana muara peristiwa bom di Kampung Melayu tersebut. “Karena ini rekayasa bom bunuh diri, sebentar lagi framing pemberitaan media akan mengarah pada satu topik bahwa pelakunya adalah islam radikal,” ungkapnya.
“Tuduhan bisa saja akan diarahkan kepada FPI? Apakah FPI pernah melakukan hal ini, sudah tentu tidak? Juga akan diarahkan ke HTI, HTI, juga tidak! Apakah Muhammadiyah? Jelas tidak!
Apakah ada organisasi pergerakan Islam di Indonesia yang mengancam pemerintah dengan bom bunuh diri? Jelas tidak!
Berarti itu kesimpulannya adalah REKAYASA!
Namun yang jelas adalah bahwa ada institusi tersudutkan karena ketahuan membuat chat rekayasa FH dengan HRS. Mereka menjadi bulan-bulanan sorotan publik. Apakah karena itu dimunculkan skenario untuk membalikkan opini yang berkembang? Ingat juga, sebentar lagi akan ada pihak merasa berada di atas angin, plus propaganda media!” tambahnya. (gtr)