Status FB Kang Hasan tentang telah menuai protes dari PB IKAMI Sulsel. Bahkan HMI telah melaporkannya ke polisi. Tulisan ini ingin mengkaji argumen teks, seberapa kuat alasan mendukung kesimpulan. Cara menguji argumen ini bisa dipakai untuk menguji argumen-argumen lain dalam pernyataan-pernyataan politik. Sangat mudah dijumpai dalam pernyataan politik, status facebook, bahkan fatwa-fatwa , pernyataan yang tidak didukung oleh argumen yang kuat.
Hasanuddin Abdurrahman menulis status pada akun fbnya bahwa dibawah komando pemimpin HMI (Jusuf Kalla), berbagai fasilitas milik orang Kristen diserang. Dengan kata lain Jusuf Kalla memimpin penyerangan fasilitas milik Kristen. Lihat screenshoot di bawah.
darimana kang hasan membuat pernyataan tersebut? Dari artikel web online hidayatullah. Kutipannya adalah sebagai berikut:
Pada saat yang bersamaan, melalui stasiun radio HMI, pemimpin HMI, Jusuf Kalla ( yang sekarang menjadi Wakil Presiden RI), menginstruksikan semua anggota HMI dan organisasi Muslim lainnya untuk datang ke daerah dekat masjid pada pukul 8 malam. Setelah shalat Isya, terjadi penyerangan oleh beberapa orang. Mereka mulai merusak beberapa bangunan kaum Kristen. Teriakkan “Allahu Akbar, belaa agamamu, jadilah syahid!” keluar dari pengeras suara masjid.
Dengan kutipan tersebut, Kang Hasan menyimpulkan bahwa Jusuf Kalla memimpin penyerangan fasilitas milik Kristen. Kutipan hidayatulla tersebut menjadi premisnya atau alasan atau pernyataan pendukung untuk kesimpulan tersebut.
Seberapa kuat alasan itu / premis itu mendukung kesimpulan tersebut? Kita bisa mengajukan pertanyaan berikut: Apakah intruksi Jusuf Kalla untuk berkumpul ke daerah dekat masjid menjamin kesimpulan bahwa Jusuf Kalla otomatis memimpin penyerangan? Kalau berbekal dengan informasi itu saja, jawabannya belum tentu, karena massa yang berkumpul di masjid belum tentu massa yang melakukan penyerangan dan belum tentu juga massa yang melakukan penyerangan itu digerakkan oleh Jusuf Kalla.
Dengan demikian premis kang hasan yang dikutip dari hidayatullah itu tidak menjamin kesimpulan yang dia buat. premisnya tidak menjamin kebenaran kesimpulan, melainkan hanya memberi kemungkinan saja. Argumennya tidak cukup kuat untuk mendukung kesimpulan. Diperlukan informasi tambahan untuk mendukung kesimpulan tersebut.
Artikel Hidayatullah sendiri punya andil lewat penyajian tulisan yang tidak jelas.
Selain proses penentuan kesimpulan, hal lain yang juga aneh adalah mengapa kepingan informasi tersebut yang dipilih tanpa menimbang track record Jusuf Kalla lainnya. Jusuf Kalla telah berjasa dalam mempersatukan bangsa Indonesia dalam kasus Aceh (perjanjian Helsinski) dan Poso (perjanjian Malino). Mengapa hal ini tidak dipertimbangkan untuk menggambarkan karakter Jusuf Kalla.
Kekeliruan semacam itu sering terjadi dalam status facebook, ucapan politisi di berita-berita di Indonesia. Mengapa? Karena dorongan kepentingan lebih dominan daripada dorongan kebenaran. Dorongan kepentingan ingin buru-buru menyatakan bahwa kita baik, lawan jelek, alasannya nanti dicari-cari. Prosedur semacam itu menghasilkan kesimpulan dengan argumen-argumen yang buruk, kesimpulan dengan fakta terseleksi yang tidak mempertimbangkan keberatan yang mungkin ada.
Dengan kesalahan Pantaskah Kang Hasan dilaporkan ke Polisi? Apakah tidak ada isu lain yang lebih menyangkut masyarakat banyak? Nah ini masalah lain. Silahkan tulis komentar anda.