Nusantarakini.com, Jakarta –
Menjalankan keluarga, kadang susah kadang mudah. Kelihatan enteng, padahal berat.
Kadangkala keluarga bisa dirasakan sebagai neraka. Apalagi kedurhakaan terjadi satu sama lain. Suami durhaka kepada Tuhannya, istri durhaka kepada suaminya, dan anak-anak durhaka kepada kedua orang tuanya. Keadaan semacam itu sudah layaknya neraka. Panas dan bikin hidup tidak tenang.
Lain waktu, keluarga juga dapat menjadi surga. Suami yang taat pada Tuhan, menafkahi keluarga dengan semangat. Istri manut dan bergairah terhadap suami. Anak-anak yang patuh dan manis budi pekertinya pada kedua orang tuanya. Kondisi semacam itu membuat suasana keluarga menjadi laiknya surga. Itulah yang dikatakan, rumahku surgaku. Baiti jannati.
Menciptakan keluarga yang harmonis dan barokah layaknya surga yang menenteramkan hati ada resep dan kafiatnya. Pertama, setiap anggota keluarga saling percaya satu sama lain.
Perkara ini tidak enteng. Membuat suami dipercaya istri, membuat kepala keluarga dipercayai anggota keluarga, mensyaratkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi anggota keluarga. Dan yang penting lagi, kemampuan untuk menjadi teladan, panutan, dan standard moral bagi anggota keluarga. Jelas ini tidak enteng, bukan?
Isteri juga begitu. Dia harus dapat menjamin rasa percaya suaminya, terutama fungsinya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak dan rumah serta kemampuan melayani kebutuhan khusus suami.
Anak-anak juga begitu. Mereka harus dapat memenuhi nasehat dan arahan kedua orang tuanya. Mereka menghindari perbuatan melawan dan durhaka terhadap kedua orang tuanya.
Kedua, senantiasa bersyukur dalam kekurangan. Di dunia yang fana ini, selalu saja ada yang dirasa kurang. Perasaan semacam itu harus dimaklumi, tapi tidak harus membuat kecewa. Apa yang ada harus disyukuri. Kekurangan yang ada dalam keluarga, harus diterima dan dimaklumi dengan rasa sabar dan sikap positif.
Kekecewaan adalah sifat manusia. Karena nafsu manusia selalu menuntut agar setiap keinginan dapat terpenuhi. Keinginan yang tak terpenuhi, jika tidak sabar dan sadar, akan menimbulkan hati yang kecewa. Hati yang kecewa akan menimbulkan sakit hati. Sakit hati akan menimbulkan sakit jasmani. Lalu mengapa harus menjerumuskan diri untuk sakit jika sejak semula dapat dicegah?
Ketiga, selalu menyadari kebersamaan dengan Allah Yang Maha Memberi. Dialah yang memberi ujian dan Dia pulalah yang memberi kebahagiaan dan ketenangan. Kepada-Nyalah senantiasa bersandar.
Ketika suasana dalam keluarga tiba-tiba muncul kekecewaan di sana sini, bersabarlah. Sadarilah bahwa Allah tidak menguji hamba-Nya kecuali untuk menambahkannya sifat dewasa dan lebih arif dalam menjalani hidup. Tuhan tidak menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuannya.
Walhasil, bagaimana ibu-ibu, bapak-bapak, istri-istri, suami-suami, sudahkah keluargamu membuat hidupmu menjadi tenang dan sempurna? Atau malah sebaliknya?
Jika ingin konsultasi dan berbagi cerita dan masalah, hubungi kami di FB Nusantarakini.com atau langsung ke Watsapp +6281519791262 (Ustadz Mukmin)
~ Ustadz Mukmin