Nusantarakini.com, Jakarta –
Kita yang waras tahu bahwa banjir bunga di Balaikota baru-baru lalu hanyalah unjuk kepongahan oleh pihak yang tak punya sense of crisis, tak punya ikatan emosional dengan rakyat.
Mereka yang membanjiri balaikota itu kita tahu memang orang yang kebanyakan duit. Karena itu, pekerjaan pongah tersebut jelas bukan dilakukan oleh rakyat biasa. Itu hanya dilakukan oleh pengusaha atau pejabat yang kantongnya tebal.
Bunga yang mereka pamerkan itu bukanlah ekspresi cinta. Tapi hanya ekspresi olok-olok terhadap rakyat yang memang tidak akan mampu membeli bunga semahal itu. Boro-boro beli bunga, makan tiga kali sehari saja susah.
Terlihat sekali bahwa bunga-bunga yang mereka kirimkan itu dimaksudkan untuk pamer, hura-hura dan tidak serius. Terlihat hal itu dari tulisan pengirimnya.
Namun itu juga menunjukkan bahwa para pengirim bunga tersebut, kekuatannya semata-mata bersandar kepada uang. Militansinya nol.
Kalau mereka punya militansi, tentu si pengirimnya itu unjuk diri.
Rupanya unjuk kekayaan di Balaikota tidak cukup bagi mereka. Sekarang merembet ke tanksi polisi. Tanksi polisi, tempat kerjanya Jenderal Tito pun dihujani dengan bunga.
Gelagat semacam ini baru ada di jaman Jokowi presiden. Gelagat ini jelas buruk sekali, cenderung memprovokasi rakyat umum. Kenapa?
Rakyat umum tahu bahwa itu hanyalah unjuk kebolehan berdasarkan uang. Rakyat juga tahu bahwa pengirim-pengirim bunga tersebut tidak punya iktikad baik bagi keharmonisan dan ketenangan suasana. Mereka karena punya duit, bertindak seenaknya bikin orang punya perasaan jijik.
Kalaulah uang bunga tersebut mereka salurkan ke sasaran yang tepat, seperti membersihkan parit-parit dan jamban-jamban umum,itu jauh lebih berguna. Sebab bunga-bunga yang mereka kirimkan itu akan menjadi sampah belaka. Mungkin apa karena isi otak mereka banyak sampahnya, ya?
Bisa jadi maksud sebenarnya mereka ialah mengirim sampah ke sasaran-sasaran itu karena mereka anggap tidak mampu memenangkan kepentingan mereka. Cuman dikamuflase dengan bunga. Buktinya tidak sampai seminggu, bunga itu akan berubah jadi sampah, bukan?
Lucunya yang dikirimin sudah geer bahwa itu sebentuk dukungan, padahal sindiran karena tidak mampu.
~John Mortir