Nusantarakini.com, Jakarta –
Sejak aksi besar-besaran yang memuncak pada 212, ada banyak kalangan tidak jelas yang terus mengeksploitasi agar massa umat Islam terus-terusan demo. Dengan demikian, umat Islam dapat diperalat menjadi pressure group oleh kalangan yang tidak jelas juntrungannya.
Kenapa disebut tidak jelas juntrungannya? Sebab seruan tersebut hanya diedarkan berupa meme dari wa ke wa, dari medsos ke medsos.
Kyai Kampung memantau, aksi-aksi yang memanfaatkan gairah alumni 212, sudah merupakan petualangan politik. “Yang bisa dianggap sesuai aspirasi umat Islam itu, hanya demo 411 dan 212. Setelah itu, sudah merupakan petualangan,” kata Kyai Kampung.
Kyai Kampung menyesalkan pihak-pihak yang memperlakukan umat Islam layaknya ternak yang digunakan mobilisasi demo. “Tidak selayaknya umat Islam dijadikan ternak demo. Demo harusnya tidak perlu rutin begitu. Lebih baik uang untuk demo itu disalurkan untuk bangun rumah orang-orang miskin,” lanjutnya.
Melihat teknik agitasi para penggiat demo yang memanfaatkan antusiasme umat Islam dengan menggunakan kode-kode nomor, tampaknya memang dirancang oleh yang mahir psikologi massa. “Jelas teknik itu bukan gagasan para ulama yang lurus. Itu kerjaan ahli intelijen kemungkinan,” kata Kyai Kampung.
“Saya menghimbau, umat Islam cukup demonya 212. Demo 55, biar yang sudi dimanfaatkan saja. Itu agendanya lebih untuk menyiapkan umat Islam sebagai tumbal para petualang politik. Saya serukan, lebih baik umat Islam sibuk memikirkan yang lain. Apa tidak cukup jagoan umat Islam sudah menang Pilkada? Soal Ahok, biarin saja diselesaikan setelah dia tidak berkuasa di DKI,” ujar Kyai Kampung geram.
Menurut Kyai Kampung, seruan demo 5 Mei 2017 ini ditolak karena: pertama, terindikasi sebagai permainan petualang; kedua, sarat rekayasa intelijen terhadap psikososial umat Islam yang suatu saat bisa dijadikan tumbal kekuasaan; ketiga, ada indikasi minimnya tanggungjawab terhadap nasib pendemo dengan tidak jelasnya siapa memberi komando dan kesan ketagihan penggunaan kode nomor sebagai titik fokus alat psikologis mobilisasi massa. Gaya ini jelas mengikuti hipnosis dan manipulasi pikiran. (gty)