Nusantarakini.com, Jakarta –
Biasanya, jelang habis masa jabatan seorang pejabat, aksi habisi APBD malah semakin ganas. Beragam modus dijalankan. Mulai dari menciptakan proyek fiktif, hingga proyek asal-asalan.
Di Bekasi, NK kerap memperhatikan, tiba-tiba pembatas jalan yang masih bagus, dibongkar. Kemudian dibuat dengan bentuk baru.
Pembongkaran pembatas jalan semacam itu, hanya akal-akalan saja supaya ada alasan pencairan uang APBD, pekerjaan buat para pengusaha binaan sang pejabat dan tentu saja, supaya sang pejabat dapat uang per sekot.
Modus korupsi gaya lama ini, tetap saja terjadi dimana-mana.
Karena DKI merupakan daerah rawan bagi rayap-rayap sekaligus menggiurkan untuk lahan bancakan, di bulan-bulan habisnya masa jabatan Ahok dan Djarot, harus benar-benar diawasi.
Apabila ada pengerjaan proyek pertamanan, gorong-gorong, dan jalan raya yang terlihat mencurigakan, warga diharapkan memfoto.
Inisiatif warga semacam itu jauh lebih efektif untuk mereduksi aksi-aksi habisi keuangan daerah oleh para pejabat bermental korup. Apalagi di tengah adanya suasana kalah oleh pendukung Ahok, aksi habisi sisa APBD bukanlah hal yang mustahil sebagai pelampiasan rasa kekecewaan.
Beragam modus bisa terjadi, kendati azas transparansi dan integritas secara berkoar-koar didengungkan.
Rayap-rayap tidak akan pernah kenyang hingga kayu mangsanya ludes. Ini yang harus diawasi. (sed)