Nusantarakini.com, Jakarta –
Dalam zaman demokrasi ramai dan selalu ada pemilu, pilkada dan pilpres ini, kamu yang miskin akan selalu jadi objek politikingnya para politisi.
Kalau kalian rela, kalian akan senantiasa dimakan, ditipu dan direndahkan oleh para politisi.
Politisi dimana pun dan kapan pun, pikirannya bagaimana stok suaranya selalu banyak dan dapat menjamin kursinya.
Kalau kamu miskin, jangan tergoda dengan rayuannya para politisi. Kendati dia memberikan uang, pekerjaan dan sembako, bantuan instan semacam itu hanya akan pupus bersama waktu. Politisi tetaplah politisi. Mereka hanya peduli dengan jumlah suara. Dan kamu yang miskin hanya dipandang sebagai daftar statistik suara belaka. Mereka tak akan peduli dengan penderitaanmu. Mereka tak akan hirau dengan luka laramu.
Maka sebaik-baik tindakan yang harus dilakukan jika kamu miskin ialah berhimpun, berbagi rasa, berbagi pengalaman, berbagi peluang, saling menopang dan bekerjasama satu sama lain dengan sesama orang miskin seperti dirimu.
Karena kelasnya sama, karena alam pikirannya sama, karena penderitaannya sama, karena harapannya sama, maka kamu sesama miskin akan lebih kuat dan nyaman berhimpun dengan sesama kamu yang miskin.
Adapun jika kamu berhimpun dengan orang kaya, kamu tidak akan merasakan kenyamanan yang hakiki. Kamu hanya akan diletakkan lebih rendah dari dirinya, kendati dia berusaha menghindari tindakan semacam itu. Apalagi pula politisi kaya. Habislah hidupmu, hanya sebagai anak buah dan aksesori sahaja bagi kemegahan dirinya.
Jadi camkanlah! Bergaullah lebin intim dengan sekelas denganmu. Bukan berarti tidak boleh berinteraksi dengan orang-orang kaya.
Orang kaya tak akan pernah memberikan jalan keluar yang tuntas atas penderitaan hidupmu. Karena kau bukan keluarganya. Karena hidupmu tak ada artinya bagi tujuan hidup mereka.
~John Mortir, untuk orang-orang miskin dan dimiskinkan.
