Nusantarakini.com, Jakarta –
Masyarakat sekarang yang didera individualisme, rindu suasana kebersamaan. Berbagai cara ditempuh agar rasa kebersamaan itu bersemi.
Salah satunya dengan mengubah cara makan.
Selama ini, cara makan gaya Barat yang individualistik, rupanya tidak meninggalkan kesan kebersamaan. Berlainan dengan cara makan tradisional, seperti ngeliwet atau makan bajamba di Minangkabau, rasa kebersamaan dan kehangatan terasa menyelimuti.
Untuk hal itu, masyarakat perkotaan mulai mencoba gaya makan ngeliwet.
Dikabarkan, saat ini muncul tren baru makan-makan dengan cara ngeliwet.
Ngeliwet adalah makan dengan membiarkan nasi tersedia di atas daun pisang. Lauk pauk juga berada di atas daun pisang yang dijadikan pinggan.
Masing-masing mengelilingi hidangan di atas daun pisang tersebut lalu dengan serentak menikmati makanan yang tersedia.
Rupanya orang kota sekarang lagi gandrung dengan cara makan kuno tersebut. Maklumlah orang kota haus kebersamaan.
Islam sendiri sangat menganjurkan makan bersama. Bahkan salah satu kelompok dalam Islam, yaitu Jamaah Tabligh sudah lama mempraktikkan makan satu nampan.
Tidak hanya itu, cara duduk saat makan juga diatur secara sunnah, yaitu dengan mengangkat kaki kanan dan membiarkan lambung rileks. Tujuannya supaya lambung dapat menampung makanan dengan sempurna.
Kadar isi lambung juga tidak boleh berlebihan. Sepertiga makanan, sepertiga air minum, sepertiga lagi udara. Makan tidak boleh kekenyangan.
Selain itu, sebelum makan dicicipi garam. Tidak menggunakan sendok, tapi langsung dengan tangan.
Cara menyuap nasi juga diatur. Hanya menggunakan jari yang dirapatkan sehingga nasi dapat diambil dengan efesien.
Selagi makan, disunnahkan tidak berbicara. Makanan dalam nampan harus habis dengan bersih.
Makan dengan cara sunnah dijamin menyenangkan. Bagi yang mau mencoba makan dengan cara sunnah, akan sehat jiwa raga. (sed)