Nusantarakini.com, Jakarta –
Umat Islam Indonesia yang dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk dimobilisir memprotes kasus Ahok dengan aneka tujuan politik, makin lama makin mengenaskan. Umat Islam yang keadaannya mengambang diombang-ambingkan dari demo ke demo. Tujuannya tidak jelas dan hanya sekedar menyalurkan pelampiasan perasaan umat yang terzalimi pemerintah. Pelampiasannya pun sekedar unjuk rasa, tidak ada bobot pressure yang kuat untuk mengubah keadaan.
Saat yang sama, beberapa pemimpin umat yang tanggung, menghindari diri dari risiko dengan mencoba membagi kendali pimpinan massa mengambang kepada pimpinan yang baru. Itulah yang dilakukan oleh BN dengan GNPF nya dan HRS dengan FPI nya yang melimpahkan kepemimpinan kepada AlKhattat.
Saat rencana mereka dijalankan dengan maksud menghindari jebakan polisi, justru pimpinan baru yaitu AlKhattat disikat pula oleh polisi.
Kini yang apes adalah massa yang kehilangan kepemimpinan. BN dan HRS ditengarai telah tersandera oleh polisi. Alkhattat malah dicokok.
Apa yang dialami umat Islam saat ini merupakan konseksensi logis dari strategi pemanfaatan massa mengambang sebagai basis pressure.
Massa mengambang tidak pernah dapat diandalkan sebagai alat menumbangkan rezim, kendatipun jumlahnya jutaan. Yang dapat diandalkan adalah massa sadar ideologis dan terorganisir.
Kasus ini hendaknya menyadarkan para pihak yang menghendaki tirani Jokowi tumbang bahwa strategi mereka secepatnya diubah jika tidak keterjerumusan mereka dengan umat makin dalam.
Yang paling ditakutkan adalah jika kekecewaan umat pada kepemimpinan mereka makin meluas dan perasaan capek karena ditipu makin menggumpal. (sdf)