Nusantarakini.com, Jakarta –
Logika, etika dan estetika tergantung dimana posisi Anda berada. Ukuran logis, etis dan estetis, bersifat relatif. Dasarnya bertumpu pada keyakinan yang Anda anut. Keyakinan Anda sendiri tergantung dengan sifat keyakinan itu sendiri: apakah sifatnya self-centris, lord centris atau interest-group centris.
Suatu ketika, seorang teman karena mendudukkan diri dalam suatu interest-group politik yang berbeda dengan penulis, maka logika, etika dan estetika yang dianutnya pun berbeda dengan saya. Gejala semacam ini lazim dihadapi dalam kenyataan hidup.
Apa yang dia anggap jahat, benar dan elegan, terhadap sikap yang kita ambil, sepenuhnya berdasar sudut pandang yang dia anut secara relatif, berhubung langsung dengan posisinya dan pandangan dirinya atas pilihan keyakinannya.
Seorang yang memiliki bangunan keyakinan berasaskan self centris, maka ukuran logikanya, etikanya dan estetikanya, berdasarkan kepentingan dirinya. Individualisme adalah gagasan yang dibangun di atas self centris.
Ukuran baik-jahat, ukuran benar-salah, dan ukuran indah-buruk terhadap sikap, tindakan, dan perkataan dirinya maupun orang lain, akan dia ukur berdasarkan self centris yang dia anut.
Demikian juga dengan Lord Centris dan Interest-Group Centris, semuanya memiliki ukuran-ukurannya yang tipikal.
Maka tatkala seseorang yang memasukkan dirinya dalam interest-group Jokowi misalnya, dia akan senantiasa memandang dan menilai tindakan, perkataan dan sikap interest-group yang bertentangan dengan kepentingannya, bernilai jelek, tidak benar, dan tidak pantas.
Sebenarnya sains berupaya keluar dari jebakan ketiga macam centris ini. Sebab sains memiliki ukuran yang dapat diverifikasi secara empiris. Tetapi pada tingkat ideologis dan metafisis, centris-centris tadi yang mempengaruhi secara kuat ukuran logika, etika dan estetika, sains tetap bersaing dengan self centris, lord centris dan interest-group centris.
Syahrul Efendi Dasopang, Penulis.