Nusantarakini.com, Jakarta –
Hari ini, 21 Februari, umat Islam kembali demo. Kode demonya mengeksploitasi 212 yang monumental itu. Para perancang demo berharap, kunjungan demonya dapat sebanyak jutaan itu lagi.
Massanya tetap cair. Mengandalkan viral-viralan. Mengharapkan pengunjung-pengunjung demo yang polos dan naif.
Namun kali ini host demonya bukan lagi FPI, GNPF dan Habib Rizieq. Hostnya adalah Khattot, pentolan FUI.
Dulu namanya Gatot. Masuk HTI, jadi Al-Khattot. Dia juga pengasuh tabloid Suara Islam.
Tuntutannya sedikit bergeser menjadi copot Ahok. Ini gara-gara Ahok dipasang lagi sama Mendagri jadi Gubernur. Tapi kok ke DPR?
Karena PKS dan Gerindra punya hajat gulingkan Ahok lewat mekanisme hak angket. Ahok yang diributin, tekanannya ke Jokowi. Wajar, karena nggak mungkin DPR memakzulkan Ahok yang gubernur. Well…apa gunanya demo di DPR dengan mengerahkan massa polos ini?
Apalagi kalau bukan untuk meramaikan dan menyemangati anggota-anggota DPR PKS dan Gerindra yang punya hajat tersembunyi, yaitu memastikan kemenangan calon gubernur mereka. Walhasil massa demo yang naif ini hanya jadi kuda-kudaan belaka dengan memanas-manasi emosi agama dan anti Ahok.
Hasilnya, jelas jelek. Karena karakter pendemonya lebih banyak pengunjung bukan massa aksi yang sadar politis-revolusioner, dipastikan jalannya demo tidak lebih dari sekedar basah-basahan, hujan-hujanan, sambil gembar-gembor sok mujahid sok revolusioner. Ujung-ujungnya, gambar-gambar kerumunan itu yang diambil oleh drone akan diburu untuk dimiliki oleh pemuja-pemuja selfie itu, lalu men-sharenya kemana-mana. Riya gaya baru nan jelek.
Saat mereka demo yang nilainya tidak lebih kecuali aksi selfie massal, para taipan dan eksploitator ekonomi Indonesia, meludahi gambar-gambar mereka. Sedikit pun tak memberikan rasa gentar kepada komplotan penguasa korup di Indonesia.
Saya kira sudah waktunya selesai demo-demoan kayak gitu. Nggak ngaruh, kecuali buat panggung bagi para ovonturir-ovonturir yang lagi merintis karir menjadi pemimpin-pemimpin massa umat.
Capek deh liat gituan lagi. Pribumi makin dilecehkan terus. Aksi demo itu sendiri tak bikin takut Cina-cina taipan.
Udahlah. Jangan bikin tontonan demo yang gak mutu.
Demo yang baik adalah mengubah secara drastis iklim politik yang menindas. Sedangkan demo mereka ini hanya menyesatkan mata rakyat dari hakikat penindasan hari ini yang dilakukan oleh komplotan taipan yang berkolaborasi dengan elit-elit pribumi yang picik dan licik.
Cukuplah demo terakhir bagi umat kalau tujuannya ekspos massa, yaitu demo pada 2 Desember 2016 lalu.
Sekarang kalau mau ekspos massa, nggak tepat lagi. Kecuali demo yang langsung dan keras menuju revolusi yang pasti. Ini kok sepertinya bego dipelihara oleh umat ini? Duh betapa tidak terhormatnya umat yang dikenal disegani ini? Sekarang mau segan apa orang dengan hanya demo basah-basah sendiri begini?
Syahrul Efendi Dasopang, Penulis buku Mengapa Gerakan Islam Gagal?