Nusantarakini.com, Jakarta –
Setelah aksi 212 yang spektakuler dan menimbulkan meningkatnya moral umat Islam di Indonesia, dengan tidak sabar dan penuh perhitungan, dilancarkan lagi aksi susulan, yaitu aksi zikir 112 di Mesjid Istiqlal dan aksi demo 21.2 di depan DPR.
Aksi 112 sarat kepentingan untuk memenangkan pilkada DKI mengingat hadirnya Agus, Anies dan Sandi dalam kegiatan tersebut. Semakin teballah pandangan orang bahwa aksi zikir itu hanya kedok untuk urusan politik sempit Pilkada, bukan aksi menaikkan moral umat yang lama merosot seperti yang diperjuangkan dalam aksi 1410, 411 dan 212.
Sekarang timbul lagi aksi demo 21.2 yang berpretensi mengeksploitasi romantisme 212, namun dengan moral yang dibelokkan pula menjadi kepentingan sempit partai Gerindra dan PKS dengan tujuan ganda: menekan Jokowi sebagaimana hajat PKS dan Gerindra dan menggagalkan Ahok jadi Gubernur.
Perjuangan menegakkan kemuliaan Al-Qur’an oleh pelecehan Ahok sebelumnya, makin hilang dari motif demo. Tak ubahnya demo ini aksi-aksi terkoordinasi dengan permainan di dalam gedung DPR yang tengah ribut soal hak angket.
Hilanglah marwah 212. 212 dikubur oleh 112 dan 21.2. Inilah yang kita sesalkan.
Harusnya 212 itu dirawat dan dipupuk dengan membangun basis sosial, ekonomi dan politiknya yang lebih teratur dan strategis. Seolah para ustadz penganjur demo 21.2 ini tidak mensyukuri rahmat Tuhan yang diberikannya lewat adanya umat yang berbondong-bondong bersatu padu dengan hujan-hujanan pada 212 itu. Itu sebenarnya modal sosial yang teramat mahal, namun disepelekan oleh ustadz-uztadz petualang demo.
Jadi inilah alasan mengapa demo 21.2 ini tidak memberi rasa gembira kepada banyak orang pada hari ini. (sed)