Nusantarakini.com, Jakarta – Jujur harus diakui, pada periode Jokowi inilah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia hancur dan hilang. Masalahnya adalah kita melihat semakin lama bangsa asing makin berkuasa di belakang layar melalui sarana ekonomi. Ditambah lagi wibawa Presiden yang tidak ada sama sekali. Praktis hari-harinya dipusingkan bagaimana mengakhiri pengaruh dan bayang-bayang Megawati dan Luhut Panjaitan dari perjalanan kekuasaannya.
Adapun Megawati dan Luhut tidak akan melepaskan begitu saja Jokowi dari bayang-bayang pengaruhnya. Saat yang sama muncul pula fenomena dwifungsi Taipan dalam kehidupan nasional. Yang tadinya mereka fokus menguasai ekonomi, sekarang merengsek ingin menguasai politik pula. Ini semua perkaranya gara-gara wibawa Jokowi sebagai pemimpin negeri ini tidak ada di mata para taipan ini.
Akibat hal ini, praktis merembes ke berbagai hal. Sekarang ini musnahlah kebanggaan kita sebagai bangsa yang dulu kemunculannya cukup fenomenal di tengah konstelasi internasional.
Profil Soekarno yang inspiratif bagi bangsa-bangsa lain, sekarang tidak ada lagi. Berharap Jokowi setaraf Soekarno, jelas tidak berdasar. Penulis bukan. Pemikir bukan. Penggerak massa bukan. Singa podium bukan.
Dia hanya Jokowi yang lemah lembut. Selera humornya juga pas-pasan. Akibatnya, bangsa ini sekarang, berjalan pas-pasan saja.
Memang bukan berarti Jokowi tidak ada bakat untuk menjadi pemimpin yang berkepribadian unik. Bakat itu terkerangkeng karena kuatnya bayang-bayang Megawati dan Luhut Panjaitan.
Maka jika Jokowi ingin membuat bangsa ini menemukan kembali kebanggaan dan kepribadiannya di bawah kepemimpinannya, saya sarankan dia harus berani melepaskan diri dari bayang-bayang Megawati dan Luhut Panjaitan. Dia juga harus mengoreksi gaya tidak lucu dengan aneka show-show dibuat-buat yang diatur para pengatur komunikasi publiknya.
Sampai sejauh ini jelas Jokowi gagal memberi gaya dan karakter dalam pembangunan mentalitas bangsa ini. Revolusi mental yang dicanangkannya hanya omong kosong belaka. (sed)