Jakarta, 11 November 2016
SURAT TERBUKA UNTUK KETUA UMUM MUI KH. MA’RUF AMIN, PENGGERAK UMAT HABIB RIZIEQ SYIHAB DAN KETUA GNPF USTADZ BACHTIAR NASIR SERTA PARA ULAMA, HABAIB, KYAI DAN ASATIDZ YANG MENGGERAKKAN UMAT ISLAM SAAT INI
"Syuhada Telah Jatuh, Darah Telah Tumpah, Hadiah Apa Yang Dapat Kita Berikan atas Pengorbanan Mereka untuk Agama, Umat dan Negara?"
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Hari-hari belakangan ini ada banyak sebab yang membikin saya terharu. Bahkan terkadang air mata berlinang. Betapa tidak?
Dulu saya berpikir mustahil di zaman serba uang ini akan muncul lautan manusia memenuhi jalan-jalan ibu kota hanya untuk membela keyakinan mereka.
Dulu saya berpikir mustahil di zaman serba adu masyhur ini para pesohor manut dan lebur dalam barisan umat yang berdemo tanpa mau dipublikasikan.
Dulu saya berpikir mustahil ulama kita akan berkata tidak kepada penguasa.
Dulu saya berpikir mustahil pendemo mengusir media yang diperlukan jasa publikasinya.
Dulu saya berpikir mustahil orang-orang besar di negeri ini berani menyatakan identitas dirinya Muslim dan konsekwensinya akan membelanya.
Dulu saya berpikir demo menuntut agama agar dihormati dan dijunjung tinggi hanya urusan kalangan santri.
Ternyata sekarang semua itu berubah. Agama telah bangkit kembali setelah sekian lama didera pengikisan dari hati manusia. Agama telah kembali menjadi penyinar jiwa manusia yang gelap.
Saya terharu saat para difabel memaksakan diri ikut merangkak berdemo.
Saya terharu oleh oleh orang-orang awam yang menyambut seruan bela Islam dari ustadz-ustadznya.
Saya terharu ibu-ibu membuka dapur umum untuk konsumsi umat yang demo.
Saya terharu saat pedagang kaki lima menggratiskan jualannya untuk umat yang turun ke jalan.
Saya terharu satu sama lain menraktir minuman dan makanan di jalanan.
Saya terharu para dermawan berlomba membayar ongkos-ongkos para pendemo dari berbagai daerah.
Saya terharu para pendemo membentuk sendiri barisan pemungut sampah.
Saya terharu, polisi penjaga keamanan jalannya demo, sholat bersama.
Saya terharu para ulama, habaib dan kyai-kyai walau sudah sepuh, turut serta berjalan kaki bersama santri-santrinya.
Saya terharu saat ulama satu suara menyuarakan aspirasi umat.
Saya terharu begitu gigihnya Habib Rizieq dan Ustadz Bachtiar Nasir mengasuh dan mengajak umat untuk datang ke ibukota.
Saya terharu begitu teguhnya pendirian KH. Ma’ruf Amin yang tidak gentar dengan pemilik kuasa, senjata dan uang.
Al-Maidah benar-benar menjadi hidangan yang lezat bagi orang-orang beriman sampai-sampai mereka ramai-ramai menjemputnya ke ibu kota.
Sekarang nyatanya pergerakan umat Islam telah meminta jatuhnya syuhada dan tumpahnya darah kaum Muslimin. Apakah nyawa dan darah yang sudah tumpah tersebut sirna begitu saja bersama waktu tanpa tebusan?
Sekaranglah saatnya umat Islam Indonesia menyatakan lebih tegas dan cerdas apa yang mereka maui dari Aksi 1410 dam 411.
Penjarakan Ahok hanyalah salam pembuka gerakan. Aspirasi terdalam dari gerakan jutaan umat tersebut adalah agar umat Islam dihormati harga dirinya, dilindungi negerinya, dijaga kesucian agamanya, dan dijamin kehidupan dan sumber rezekinya.
Karena aspirasi tersebut hanya mungkin dapat diwujudkan oleh umat Islam sendiri, maka gerakan umat Islam penting mengumumkan dan memperjuangkan suatu piagam tertulis sebagai cetusan aspirasi yang bersifat monumental dari gerakan tersebut.
Melalui surat terbuka ini, izinkanlah saya mengusulkan Piagam tersebut dengan isi sebagai berikut:
PIAGAM PERJUANGAN UMAT ISLAM INDONESIA 2016
"Kami umat Islam Indonesia dengan ini menuntut negara agar segera dan seksama melaksanakan tujuan hakikinya, yaitu menjamin supaya setiap rakyat tidak direndahkan kehormatannya, tidak dicuri hartanya, tidak ditumpahkan darahnya, tidak dihambat jiwa dan akal pikirannya, dan tidak dirusak jati diri dan keluargaya."
Kesuluruhan isi piagam tersebut tentu sangat populer bagi para ulama, habaib dan kyai karena merupakan kandungan dari Tujuan Dasar Aturan Islam atau Maqashid Syariah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya Yang Menulis Surat,
PESERTA AKSI 1410 & 411