Nusantarakini.com, Jakarta –
Ahok dan master mind politiknya terlalu jumawa dan menganggap rakyat tak punya nyali terhadap dirinya. Beberapa kali dia melalui komentar-komentar terprogramnya menyinggung perasaan umat Islam. Namun belum muncul reaksi yang serius dan berdampak luas. Sampai kemudian dia menyentuh area sensitif yaitu ayat Al-Qur’an yang ditafsirkan secara serampangan oleh dirinya untuk menyerang pihak yang dipandangnya merugikan elektabilitasnya. Dia tidak memperhitungkan sedikit pun kecerobohannya itu akan mengundang reaksi dari rakyat yang memang sudah bertumpuk sakit hati akan kepongahan yang ditampilkan oleh Ahok selama ini.
Di samping itu, Ahok secara tidak tahu diri bahwa dirinya yang bukan Muslim berani-beraninya memberikan tafsiran terhadap suatu ayat yang dirinya tidak beriman kepada ayat tersebut. Tentu saja hal ini sangat melecehkan bagi kaum Muslimin yang memandang Al-Qur’an adalah suci. Ahok mengira ayat Al-Qur’an itu bagaikan perkataan manusia yang boleh sebebasnya ditafsirkan oleh siapa pun tanpa mengindahkan kesuciannya. Akibatnya wajar jika rakyat melihat bahwa tindakan Ahok tersebut sudah kelewat batas toleransi.
Kini semua kaum Muslimin bangkit membela diri dan agama. Soalnya secara tersirat, ibaratnya Ahok telah menginjak-injak harkat dan martabat kaum Muslimin. Siapa yang tidak bangkit jika simbol harkat dan martabat agamanya dilecehkan orang yang bukan Muslim pula.
Dari berbagai penjuru Indonesia kini orang bergerak menuju Jakarta menunjukkan solidaritas pembelaan terhadap agama. Berduyun-duyun dari Madura, Medan dan Kalimantan datang memenuhi panggilan untuk membela harkat dan martabat kaum muslimin Indonesia.
Satu-satunya solusi mendesak agar eskalasi kemarahan terhadap Ahok tidak menjalar ke gejala yang tidak diinginkan semua pihak, yaitu dengan tidak membiarkan dirinya terus bertahan di kursi Gubernur DKI. Bila terus dipaksakan bertahan di kursi itu, mudarat yang ditimbulkannya jauh lebih merusak. Apa susahnya menyingkirkan Ahok– karena sangat pantas disingkirkan akibat ulahnya yang terus memprovokasi instabilitas–jika untuk kemaalahatan bangsa yang lebih damai dan aman. Tidak bisa disangkal lagi, semua masalah ketibutan yang semakin menghawatirkan ini diprovokasi oleh Ahok sendiri. (sed)