Nusantarakini.com, Jakarta – Mario Teguh akhirnya resmi meminta kepolisian untuk test DNA terkait konfliknya dengan Kuswinar, pria yang mengaku sebagai anak kandung Mario Teguh.
Uniknya, dalam keterangan persnya, sebenarnya Mario Teguh pernah menuntut test DNA pada awal 1990-an. Tetapi tidak terlaksana. Selain itu, rupanya Kuswinar, pria yang akan ditest DNA itu, pernah menyangkal Mario Teguh sebagai ayahnya. Bagaimana duduk masalah sebenarnya, mari baca keterangan pers di bawah ini.
"Saya – Mario Teguh – tidak pernah tidak mengakui Kiswinar sebagai anak yang dilahirkan di dalam pernikahan saya dulu dengan Ibu Aryani.
Akte kelahiran adalah dokumen sah negara yang menyatakan hal itu, dan saya tidak pernah menolaknya sampai saat ini.
Dalam pernikahan itu saya menunggu dan merindukan anak, sampai-sampai saya bernazar bahwa jika Ibu Aryani mengandung – saya akan naik ke atap rumah dan berkokok seperti ayam jago.
Bisa dibayangkan kebahagiaan saya saat seorang anak lahir sesuai dengan doa dan harapan saya kepada Tuhan.
Saya merawatnya sejak bayi seperti saya merawat adik-adik saya, sebagaimana yang diajarkan oleh ayahanda saya. Di dalam keluarga kami, ayah berperan sangat besar dalam perawatan anak-anak pada masa bayi.
Anak yang sangat saya sayangi ini tumbuh dalam kedekatan yang membahagiakan saya, sebagai anak laki-laki yang lebih pas untuk bermain-main dengan saya yang menyukai aktifitas fisik.
Dalam pertengkaran suami istri atau saat Ibu Aryani marah, dia kerap menyatakan bahwa Kiswinar bukan anak saya. Awalnya saya mengira itu hanya ungkapan kemarahan seorang wanita, tapi menjelang usia Kiswinar 5 tahun saya mulai merasa bahwa kata-kata Ibu Aryani itu serius.
Pada tahun 1991 saya berkonsultasi dengan adik saya, Dr. Danu – seorang ginekolog, yang mengajarkan kepada saya tentang konsep fenotype, yaitu analisa untuk menduga kemiripan genetis berdasarkan tampilan fisik. Kemudian Dr. Danu menganjurkan dilakukannya test DNA untuk memastikan keabsahan genetis Kiswinar sebagai anak saya, dalam menjawab sangkalan dari Ibu Aryani.
Hal tersebut juga dinyatakannya dalam interview di tabloid Nova, No.1491/XXIX, 19-25 September 2016, dan pesan WA kepada saya, pada tanggal 21 September 2016.
Sejak tahun 1991 saya menyampaikan niat untuk melaksanakan test DNA dengan Kiswinar kepada Ibu Aryani, yang ditolaknya dengan keras. Permintaan saya itu berlangsung selama 2 tahun, sampai akhirnya kami bercerai pada tahun 1993.
Setiap kali saya meminta test DNA pada masa-masa setelah perceraian pun, Ibu Aryani tetap menolak dan mengulang-ulang pernyataannya bahwa Kiswinar bukan anak saya. Hal ini membuat saya sebagai seorang ayah dan seorang pria merasa sangat terhina, seolah-olah saya tidak pantas untuk menjadi ayah bagi Kiswinar.
Setelah hari ulang tahun ke 17 Kiswinar, saya meminta kepada Ibu Aryani untuk memberikan hak bagi Kiswinar untuk mengetahui ayah biologisnya, melalui pemberitahuan olehnya atau oleh saya, atau melalui test DNA.
Saat itu Ibu Aryani melarang saya memberitahu Kiswinar tentang ayah biologisnya, dan dia menyatakan bahwa dia sebagai ibunya yang akan memberitahu Kiswinar. Saya setuju, dan meminta pertemuan dengan Kiswinar.
Ibu Linna dan saya bertemu dengan Kiswinar di Sizzler Kelapa Gading, yang berbarengan dengan rencana Ibu Linna dan seorang rekannya untuk belanja keperluan perayaan tradisi keluarga di Kelapa Gading Mall.
Saat berbicara di restoran itu saya menanyakan apakah Mas Ayo (panggilan kesayangan saya kepada Kiswinar sejak bayi) tahu siapa ayah asli Mas Ayo?
Dia mengangguk, tidak melihat atau menunjuk kepada saya, dan mengatakan ‘Mr. X’.
Saya terkejut, meskipun sudah bertahun-tahun saya mendengar pernyataan Ibu Aryani bahwa Kiswinar bukan anak saya, tapi mendengar sendiri Kiswinar menyangkal saya – di depan wajah saya – bahwa saya bukan ayahnya – tetap menyakitkan hati.
Saya sangat terluka oleh pernyataan anak yang saya rindukan kelahirannya dan yang saya rawat sejak bayi itu – yang menyangkal saya dan menyebut orang lain yang kaya, pejabat tinggi yang berpengaruh sebagai ayahnya, sedangkan saat itu saya baru merintis karir, masih tinggal di rumah kontrakan yang sederhana.
Saat itu saya tidak berani menuntut atau membicarakannya secara terbuka dengan Ibu Aryani atau orang kaya yang disebutnya sebagai ayah aslinya, karena kesahajaan ekonomi kami saat itu tidak mungkin kuat melawan kekuatan uang dan pengaruh dari orang yang disebutnya sebagai ayahnya itu – jika mereka memperkarakan saya.
Saya berusaha ikhlas menerima kehilangan anak untuk menjadi anak dari laki-laki yang lebih kaya dan mampu daripada saya, sambil juga menahan rasa terhina karena saya merasa sebagai laki-laki yang tidak berharga.
Saya memutuskan untuk move on dan mensyukuri keluarga saya yang sekarang, yang selama hampir 22 tahun ini dengan izin Tuhan hidup dalam kesejahteraan dan kebahagiaan.
Pada tanggal 26 Mei 2016 kami dikejutkan dengan pemberitaan di akun Instagram @lambe_turah, yang menyatakan bahwa saya memiliki anak 3 orang, termasuk Kiswinar.
Saya merasa khawatir bahwa Kiswinar dan Ibu Aryani bisa merasa itu adalah upaya saya untuk mengakui Kiswinar sebagai anak saya. Saya khawatir bahwa saya akan dipermalukan di depan publik karena saya masih tetap menuntut anak yang sudah menyangkal saya sebagai ayahnya pada tahun 2003.
Sejak tahun 2003 Kiswinar tidak pernah meralat penyangkalannya, bahwa saya bukan ayah biologisnya. Demikian juga dengan Ibu Aryani yang tidak pernah meralat pernyataannya bahwa Kiswinar bukan anak saya.
Untuk membantu Kiswinar dan Ibu Aryani merasa damai bahwa saya sudah menerima penyangkalan oleh Kiswinar bahwa saya bukan ayah biologisnya, saya memuat posting tentang keluarga saya yang memiliki 2 orang anak dari Ibu Linna.
Tapi saya sangat terkejut dan bingung, karena Kiswinar tampil di acara Hitam Putih di Trans 7 pada tanggal 7 September 2016, yang mengatakan bahwa saya mengingkari dia sebagai anak dan menelantarkannya selama ini, padahal sejak tahun 2003 sampai dengan tanggal 7 September 2016 itu Kiswinar tidak pernah menghubungi saya untuk menyampaikan salam, penghormatan, atau kasih sayangnya kepada saya sebagai ayahnya, dan tidak pernah mencabut penyangkalannya bahwa saya bukan ayahnya.
Yang menjadi pertanyaan besar bagi saya adalah mengapa dulu saat saya miskin Kiswinar dengan tenang bisa memberitahu saya bahwa saya bukan ayahnya dan menyebut orang lain yang kaya dan berpengaruh sebagai ayahnya.
Mengapa sekarang setelah kehidupan dan karir saya alhamdulillah baik, dia tampil di publik dengan cara yang menyudutkan saya sebagai ayah yang mengingkari anak dan menelantarkannya?
Kiswinar giat menampilkan diri sebagai anak (padahal sudah berumur 30 tahun) yang tidak diakui dan terlantar, sehingga publik menghujat saya sebagai ayah yang menelantarkan anaknya, sampai dia kurus kering seperti itu.
Apa yang terjadi dengan orang kaya yang disebutnya sebagai ayah aslinya itu? Ke mana dia?
Mengapa dia sebagai orang kaya membiarkan Kiswinar tumbuh seperti anak yang terlantar sampai kurus kering seperti itu?
Atau, demikian sulitkah kehidupan Ibu Aryani sampai anaknya tampil seperti tidak diurus dengan baik?
Apakah yang dilakukan oleh Ibu Aryani dan orang kaya yang disebut Kiswinar sebagai ayah aslinya itu selama 13 tahun sejak 2003 sampai 2016, sehingga anaknya demikian tidak terawat?
Sebagai pribadi yang masih menginginkan kebaikan bagi laki-laki dewasa yang saat bayi dulu saya rawat, saya merasa iba dan sedih dengan keadaan Kiswinar yang kurus kering itu, tapi lebih sedih lagi karena keterlantarannya disalahkan kepada saya, padahal itu tanggung-jawab Ibunya dan ayahnya yang kaya dan berpengaruh itu – sebagaimana yang dikatakan oleh Kiswinar.
Lalu, timbul satu pertanyaan lagi:
Apakah kalau saya masih miskin seperti dulu, Kiswinar akan datang dan menuntut pengakuan seperti saat ini?
Atau kalau saya tidak dikenal luas, apakah akan ada gunanya dia langsung tampil di televisi, yang sampai hari ini seperti tidak ada televisi tanpa Kiswinar – setiap hari?
Dan kalau ada ikatan batin sebagai anak dengan ayahnya, dan kalau ada perasaan sayang seperti yang selalu ditekankannya – mengapa dia melakukan pengungkapan kepada publik tanpa menghubungi saya terlebih dulu secara pribadi untuk membicarakannya sebagai anak yang katanya menghormati dan mencintai ayahnya.
Mengapa dia membiarkan orang yang katanya adalah ayahnya dihujat dan dihina seperti saat ini, bahkan di akun sosmed miliknya sendiri?
Saya terpaksa mengungkapkan hal ini secara lebih rinci, karena Kiswinar tidak memenuhi undangan kami untuk membicarakan hal ini secara kekeluargaan, tapi sibuk tampil di banyak media dengan semakin memperkeruh keadaan.
Saya juga tidak boleh menyesali kebaikan hidup saya dan keluarga yang mungkin menjadi alasan bagi dia untuk tampil dan meminta pengakuan sekarang, atau berhandai-handai bahwa jika saya masih miskin dia tidak akan ramai tampil di publik seperti sekarang.
Penasihat hukum kami mengirimkan undangan kepada Kiswinar untuk membicarakan jalan keluar yang lebih damai, secara kekeluargaan. Tapi sebagai jawabannya, Kiswinar melaporkan saya yang sekarang diakuinya sebagai ayahnya – kepada Polisi, padahal sampai detik ini saya tidak pernah melakukan upaya hukum apa pun kepada Kiswinar, anak yang kelahirannya saya doakan dengan tulus dan tanpa putus.
Itu sebabnya, saya memutuskan untuk mengakhiri semua polemik ini dengan meminta Penasihat Hukum kami mengajukan permohonan pelaksanaan dari test DNA untuk memberikan kepastian hukum bagi saya, apakah saya ayah Kiswinar atau bukan.
Semoga dengan ini Tuhan membuka dengan benderang letak kebenaran dalam keadaan ini, karena ini penting sekali bagi hidup saya dan bagi masa depan Kiswinar.
Aamiin
Mario Teguh