Nusantarakini.com, Jakarta-
Efek “bola salju” dari kekuatan kubu Anies Baswedan-Sandiaga Uno diprediksi akan semakin terus membesar. Spekulasi hangat yang beredar sempat terendus bahwa dua tokoh nasional yang namanya sempat dijagokan sebagai calon gubernur Jakarta tak lama lagi merapat ke “Poros Kertanegara”.
Kubu Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberi sinyal bahwa mereka telah menjalin komunikasi yang intensif dengan Rizal Ramli dan Yusril Ihza Mahendra.
“Benar, kami intensif berkomunikasi dengan Bang Yusril dan Bang Rizal. Insya Allah sebentar lagi kami bertemu,” ujar Sekretaris Tim Pemenangan Anies-Sandiaga, Syarif, di Jalan Cicurug, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (5/10) seperti dikutip RMOL.Co.
Syarif juga mengaku bahwa pihaknya sangat berharap dua mantan menteri yang sempat digadang-gadang untuk maju dalam Pilgub DKI 2017 itu bisa bergabung dengan Anies-Sandiaga. “Mari bersama-sama kami untuk membangun tanpa menyakiti,” kata Syarif.
Yusril pernah menyatakan dalm keterangan persnya pada Selasa 27 September lalu, sementara waktu ia masih bersikap wait and see sambil menimbang-nimbang dan mengamati perkembangan pasca penetapan tiga pasangan bakal calon oleh KPU DKI Jakarta,
“Saya yakin ke mana arah dukungan saya berikan akan mempengaruhi pilihan para pemilih dalam Pilkada DKI 2017. Memang sejauh ini sudah ada Tim Sukses pasangan calon yang sedang berusaha mendekati saya, tetapi baru pada tahap penjajakan,” ujar Yusril.
Sementara itu, belum ada pernyataan eksplisit maupun implisit dari mantan Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, soal arah dukungannya dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Rizal juga dikenal sebagai orang yang sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang memarjinalkan rakyat miskin. Slogan “Membangun Jakarta Tanpa Air Mata” seperti sudah menjadi tagline Rizal Ramli yang sampai sekarang masih bergaung di masyarakat yang pernah memintanya maju dalam Pilkada DKI.
Selain kritis, Rizal juga terkenal dengan sikap tegasnya dalam mengambil kebijakan yang pro rakyat kecil. Terbukti saat menjabat Menko Maritim, dia berani menghentikan proyek reklamasi pantai utara Jakarta karena proyek itu melawan keputusan pengadilan dan berdampak negatif pada lingkungan hidup maupun kehidupan kaum nelayan. (*mc)