Nusantarakini.com, Jakarta-
Ratusan “Srikandi” berbaju pink melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota terkait penolakannya terhadap petahana Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk kembali menjadi gubernur Jakarta 2017. Mereka berasal dari kalangan perempuan yang tergabung dalam “Solidaritas Perempuan NKRI”.
Mereka semua mengenakan pakaian dan penutup kepala bernuansa pink, sambil membawa panci dan membunyikannya selama aksi berlangsung. “Ini hadiah buat Ahok. Ahok banci, Ahok banci,” teriak demonstran di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (16/9/2016) seperti dikutip Kompas.com.
Aksi para srikandi yang membuat heboh di depan Balai Kota tersebut juga dimeriahkan dengan aksi lempar pakaian dalam yang juga berwarna pink, sambil berteriak menyoraki nama Ahok ketika melemparkannya ke dalam pagar Balai Kota.
Penanggung jawab aksi unjuk rasa Solidaritas Perempuan NKRI, Andi Rini Sukmawati, dan koordinator lapangan Titiek Murniaty menegaskan, Jakarta harus dipimpin gubernur yang bersahabat dengan warganya termasuk kaum perempuan, anak, serta rakyat miskin hingga kelas atas.
4 kriteria yang dipaparkan Solidaritas Perempuan NKRI yang mendesak Ahok untuk turun dari jabatannya sebagai gubernur DKI, yaitu:
- Dalam banyak kasus pembongkaran rumah-rumah rakyat, mulai dari Kampung Akuarium hingga Kampung Rawajati, kekerasan aparat terhadap perempuan selalu terjadi.
- Dampak dari pembongkaran yang dilakukan Ahok banyak anak-anak yang putus sekolah dan tidak diperhatikan nasibnya oleh Pemprov DKI.
- Sebagai gubernur, Ahok kerap memakai kata-kata kasar baik kepada para lawan politiknya maupun kepada masyarakat biasa termasuk berkata kasar kepada seorang guru.
- Ahok selalu menilai kejelekan harga sembako di pasar tradisional yang tidak stabil dibanding pasar modern yang dikelola oleh etnis tertentu lebih bagus dibanding pasar tradisional.
Lebih lanjut Andi Rini juga mengatakan, sehubungan dengan masyarakat Jakarta yang heterogen, maka soal kesantunan dalam berkomunikasi haruslah dijaga oleh seorang pemimpin. Begitu banyak contoh arogansi Ahok yang mengakibatkan konflik dengan warganya sendiri.
“Misalnya saat pemecatan kepala sekolah yang kemudian dianggap ilegal oleh pengadilan. Kemudian seorang ibu yang dituduh maling uang Kartu Jakarta Pintar (KJP), Ahok juga pernah memaki pengusaha hotel yang menuntut keadilan karena tidak mampu membayar pajak akibat hunian hotel yang sepi,” ucap Rini.
“Selain itu warga Jakarta juga masih ingat ketika seorang ibu tua mau menjadi pedagang kaki lima di Monas diseret-seret oleh Satpol PP,” tambah Koordinator Aksi Titiek Murniaty.
Ini menjadi catatan bagi Solidaritas Perempuan NKRI untuk mendesak Ahok mundur,dan meminta kepada para pemilih Jakarta untuk cerdas dalam memilih pemimpin Jaakrta dalam Pilkada DKI 2017.
“Intinya kami mengajak para wanita untuk sadar jangan memilih Ahok untuk melanjutkan kepemimpinannya di Jakarta,” ucap Titiek lagi.
“Kami meminta agar perempuan Indonesia turut mengawasi semua proses Pilgub DKI 2017 hingga penghitungan suara. Kita tidak ingin pemimpin yang tidak mempunyai hati nurani kepada warganya untuk memimpin kembali DKI Jakarta,” pungkas Andi Rini. (*mc)