Nusantarakini.com, Jakarta-
Terkuaknya langkah-langkah politik petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang diyakini kerap menggunakan strategi perang palsu selama berkiprah di ibu kota, akhirnya diungkap ke publik. Ahok disinyalir telah merekayasa sebuah ancaman yang kemudian dimanfaatkan untuk menarik simpati publik atau memuluskan kepentingan politiknya.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) M Rico Sinaga, strategi perang palsu ini sering muncul dalam sejarah konflik dunia. Contohnya, pada 1931 tentara Jepang menyamar dan meledakkan rel kereta api miliknya sendiri di Mukden. Insiden ini kemudian dijadikan alasan untuk menyerbu dan menjajah Manchuria.
Menurut Rico, perang palsu ala Ahok, dilancarkan kepada Gerindra. Padahal partai besutan Prabowo Subianto itu tidak mempunyai masalah dengan Ahok, bahkan mempromosikan Ahok menjadi wakil Jokowi pada Pilgub 2012. “Tetapi Ahok tahu bisa dapat simpati Jokowi dan para pendukungnya kalau mau menginjak Gerindra,” katanya.
Rico melanjutkan, perang palsu lainnya adalah sesumbar hebat antipartai (deparpolisasi). Maksudnya jelas, Ahok mau ambil simpati dari orang-orang yang kecewa kepada parpol. “Lagi-lagi sesumbar mau kumpulkan dukungan sejuta orang dan maju sebagai calon independen. Kenyataannya palsu. Sejuta pendukung yang dia klaim tidak pernah diverifikasi. Ahok malah berbalik menyatakan akan maju dari partai,” ujar Rico.
Belakangan, Ahok mengulang lagi perang palsunya dengan mengangkat isu ‘tidak cuti demi menyelamatkan APBD’. “Kembali dia melontarkan tuduhan DPRD koruptor dan sedang mengincar APBD. Kalau dia tidak awasi maka APBD akan diisi oleh proyek-proyek titipan,” beber Rico.
Rico menegaskan, Ahok sesungguhnya menyatakan ketidakpercayaan kepada sistem e-budget, wakil gubernur, DPRD, partai-partai, dan seluruh jajaran birokrasi di Pemprov DKI Jakarta. “Seakan akan semuanya tidak mampu bekerja, mengawasi, bermental maling. Ahok menyatakan diri sebagai satu-satunya penyelamat. Ia mendeklarasikan diri sebagai superhero, satu-satunya orang yang dapat menyelesaikan semua masalah,” ujarnya.
Rico berharap, seharusnya Ahok menyadari bahwa satu-satunya masalah adalah dirinya sendiri. “Ada arogansi I am the chosen one pada dirinya. Lebih dari itu, saya mencium aroma kegilaan Nero yang membakar Roma. Atau teriakan The Mad King, Aerys Targaryen, dalam Game of Thrones. Dalam kegilaannya itu menganggap semua orang akan mengkhianati dirinya, hingga seolah-olah muncul kalimat Burn Them All,” pungkas Rico seperti dilansir Jppn.com. (*mc)