Nusantarakini.com, Jakarta – Isu kudeta militer Turki menyedot perhatian masyarakat Indonesia yang belum sembuh dari demam Pilpres 2014.
Meskipun pilpres sudah berlalu hampir dua tahun, namun demamnya bagi masyarakat umum belum sepenuhnya sembuh. Hal itu, karena Jokowi sebagai pemenang Pilpres gagal merekonsiliasi psikologis rakyat menjadi satu. Ditambah kecenderungannya untuk terus mengonsentrasi kekuasaannya dengan menarik figur-figur tidak populer ke tubuh pemerintahannya, akibatnya kekecewaan maayarakat tetap tak dapat disembuhkan.
Jargon pengalihan orientasi seperti “kerja…kerja…kerja” dari Jokowi, sama sekali tidak berhasil, malahan menambah geram masyarakat akibat banyak kerja pemerintah seperti impor modal dan tenaga kerja Cina secara besar-besaran yang dipandang tidak memuaskan.
Karena itu, begitu isu kudeta militer meledak di Turki, publik Indonesia memiliki pandangan dan atensi yang berbeda dengan publik di Turki. Maka inilah perbedaan antara sikap publik di Indonesia dengan Turki soal kudeta militer.
Pertama, bila di Turki isu kudeta militer tidak populer, di Indonesia malah populer. Hal ini terbukti dengan poling spontan di media sosial terhadap sikap publik jika kudeta militer terjadi terhadap pemerintah. 90% lebih malah memilih mendukung kudeta dari pada tidak kudeta. Bahkan seseorang mengomentari, “saya akan siapkan minuman dingin buat tentara yang mengkudeta pemerintah jika terjadi”.
Kedua, bila di Turki kudeta menargetkan media-media massa mainstream untuk dibungkam, di Indonesia media massa mainstream seolah bersaty menyensor dirinya untuk tidak menyiarkan peristiwa kudeta di Turki secara besar-besaran. Padahal tingkat penasaran masyarakat sangat tinggi. Ini mengindikasikan media massa mainstream sudah berbeda posisi dengan publik.
Tetapi karena saluran sosial media dan internet tidak dapat ditutup, tetap saja isu kudeta Turki populer di dalam perbincangan masyarakat.
Ketiga, Andaikan kudeta militer terjadi sekarang di Indonesia, hasilnya mungkin akan berbeda dengan peristiwa yang terjadi di Turki. Jika di Turki militernya mendadak kudeta sekalipun tingkat popularitasnya tidak tinggi, di Indonesia militernya tidak menunjukkan gelagat kudeta sekalipun tingkat popularitasnya berbeda dengan Turki. (sed)