Nusantarakini.com, Jakarta – BPS merilis angka kemiskinan di DKI yang tinggi. Sebanyak 384.300 jiwa penduduk miskin menyesaki ibukota.
Sadar data tersebut dapat merugikan citra dirinya sebagai gubernur, Ahok pun berang.
“BPS itu menghitung semua orang yang ketemu di DKI. Di tempat kumuh dihitung juga, padahal tak semua orang Jakarta,” kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (19/7/2016).
Dia tidak sepakat dengan cara BPS dalam menghitung penduduk miskin. Kalau tidak setuju, Ahok bikin sendiri survey yang sesuai menurut perhitungannya.
Tidak hanya soal kemiskinan Jakarta saja yang bikin rusak citra Ahok. Ternyata daya serap anggarannya pun buruk. Hal itu terpublikasi secara luas beberapa waktu yang lalu.
Program prioritas penanganan banjir dan macet pun masih tidak ada perkembangan yang berarti sejak Ahok menjabat Gubernur dan Jokowi jadi Presiden. Padahal dulu mereka berjanji, macet dan banjir akan beres bilamana Jokowi jadi Presiden dan Ahok gubernur.
Beginilah jika pemimpin lebih tunduk pada pencitraan dari pada kebenaran itu sendiri. Pemimpin semacam ini lazimnya terpilih karena pengaruh sindikat modal yang berkedok investor. (sed)
