Nusantarakini.com, Jakarta –
Belakangan ini, sikap Tempo terhadap Ahok menjadi perbincangan. Sebabnya, terkesan di luar yang dikira banyak orang. Maklumlah, orang banyak cara berpikirnya ialah “kalau mendukung orang, pastilah sejak awal hingga akhir mendukung terus. Tidak jungkir-balik seperti Tempo.” Orang awam mana tahu, kadang-kadang strategi anti digunakan media supaya menimbulkan penasaran dan membesarkan hati bagi orang banyak. Padahal media hanya mengontrol waktu supaya orang yang dipopulerkan itu tetap bertahan di rangking teratas dalam wacana publik. Yaaah…begitulah.
Di mana-mana, yang namanya bisnis media, persoalannya adalah modal. Jika modalnya kerempeng, beratlah bagi media untuk kuat mengarungi ombak lautan cobaan.
Bukan menghakimi, media itu sumber bisnisnya adalah promosi dan iklan. Promosi orang bisa, promosi lembaga boleh, promosi prusahaan apalagi. Promosi ini banyak triknya. Mau terselubung, boleh. Bisa dibikinin seolah-olah laporan atau berita. Mau promosi resmi, bisa dibikin advertorial atau iklan gagah. Semuanya bisa diatur, itu ucapan mendiang Adam Malik seorang Tokoh Media di zaman lampau.
Apakah ceruk promosi saja yang menjadi sumber prmasukan media? Oh..tentu tidak. Menjatuhkan nama baik juga bisa. Alaah…bisalah diatur bagaimana kisahnya agar target rusak nama baiknya. Target ini macam-macamlah, dari orang, lembaga, hingga perusahaan.
Ah, masa itu aja, sih sumber pemasukannya? Pasti tidak itu aja. Yang besar adalah konspirasi dengan suatu kelompok kekuasaan politik dan modal dalam usaha merebut kekuasaan dari rakyat. Nah…yang ini besar sekali imbalannya. Imbalannya macam-macam. Dari konsesi bisnis media, bisnis non media, hingga konsesi kekuasaan. Kalau media sudah dapat yang begini, dia sudah kayak tempat meminta nujum bagi penguasa. Dialah sebenarnya pengatur kekuasaan itu. Dia tempat merancang nujum, menyusun skenario, mengatur aktor dan cheerleaders, dan pula yang membagi kue-kue kekuasaan serta mengontrol dengan pura-pura menjadi pengawas kekuasaan.
Apa iya ada media sesyetan itu? Ya ada!!! Di Indonesia aja ada tiga yang diketahui. Tentu pendiri-pendiri media itu sudah bau tanah, uda mau dihajar Malaikat Pencabut Nyawa. Tapi kelakuannya sudah berat untuk diubah menjadi tobat. Sebab ada pula yang tidak mengenal Tuhan kayaknya karena terlalu lama merasa menjadi tuhan di Indonesia.
Soal Tempo yang jadi sorotan, beberapa waktu lalu sudah ada yang memberi tahu bahwa media tersebut lagi kesulitan setelah pindah ke Palmerah. Benar tidaknya sinyalemen penulis tersebut, bisa saja sih dibanding-bandingkan. Si penulis itu bilang, Tempo menyerang Ahok ada hubungannya dengan kesulitan mereka. Singkatnya gini, dengan menyerang, bisa ada negosiasi. Dengan negisiasi, bisa ada sumber duit. Dengan ada sumber duit, ya dapat duit. Dapat duit, ya bisa nombokin utang, bisa bayar ini itu, bisa bla…bla..bla.
Ya udah…kita semua tahu kok yang namanya bisnis media, ya bisnis air ludah. Kadang ditelan, kadang dibuang.