Nusantarakini.com, Jakarta-
Sikap keras kepala dan selalu menganggap dirinya benar nampaknya selalu melekat pada diri Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Hal ini juga terjadi saat memaksakan diri untuk meresmikan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Penjaringan Indah, Jakarta Utara. Sebelumnya Ahok sudah mendapat masukan dari Walikota Jakarta Utara dan juga Kepolisian untuk tidak melakukannya karena mendapatkan penolakan warga dengan menggelar aksi massa.
Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Hariadi sempat meminta kepada Ahok untuk tidak meresmikan RPTRA Penjaringan. Sebab, ada sekelompok massa yang menolak kedatangan Basuki dan berpotensi ricuh. “Ini kan juga sama usulan dari wali kota, ‘lebih baik Bapak (Basuki) enggak usah datang resmiin RPTRA’,” kata Basuki menirukan ucapan wali kota padanya, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/6/2016).
“Saya bilang, ‘yang tanda tangan prasasti (peresmian RPTRA) siapa? Saya, ya saya datang dong’. Dia bilang mau ada massa, massa dari mana? Ya enggak tahu, ngakunya ormas dari Jakarta Utara segala macam,” kata Ahok seperti dilansir kompas.
Selain wali kota, polisi juga menyarankannya tak menghadiri peresmian RPTRA Penjaringan tersebut. “Ya saya tanya polisinya, ‘masa kalau ada massa enggak boleh datang, memang negara ini diatur oleh massa?’. Mau cara preman apa negara ini? Ya saya tetap datang, polisi tanggung jawab dong,” pungkas Ahok.
Dengan memaksakan diri untuk meresmikan RPTRA Penjaringan tersebut, berbuntut pada demonstran anti Ahok bertindak anarkis ketika mengetahui rombongan Ahok selesai meresmikan RPTRA Penjaringan Indah, Jakarta Utara. Para demonstran mencoba menyerang iring-iringan mobil Ahok dengan melempari batu.
Dilihat dari kronologisnya, Merdeka mencatat Ahok datang sekitar pukul 16.30 dengan dijaga ketat aparat kepolisian dan Satpol PP. Sebelum tiba di lokasi, ratusan warga berkumpul dan mencoba mengadang mobil Ahok dan rombongan yang melewati Jalan Wacung menuju Jalan Bandengan Utara. Petugas Satpol PP dan polisi membuat barikade agar massa tidak bisa mendekat, Ahok pun berhasil masuk.
Kesal usahanya gagal, warga pun mengamuk dan melempari petugas dengan batu. Aparat yang berjaga membalas lemparan warga dengan tembakan gas air mata. Upaya petugas itu sontak membuat warga berhamburan.
Sementara, acara peresmian RPTRA oleh Ahok hanya berlangsung singkat. Ahok berada di RPTRA itu hanya sekitar 15 menit dan memberikan sedikit sambutan sebelum akhirnya meninggalkan lokasi.
Kepala Polisi Resor Jakarta Utara Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona mengatakan mereka dibantu Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk pengamanan acara tersebut. “Kami terjunkan 500 personel,” kata Daniel saat dihubungi Tempo, Kamis, 23 Juni 2016. Polisi langsung menghalau para demonstran. Namun aksi lempar batu sempat mengenai dua personel kepolisian.
Daniel membenarkan kabar bahwa aksi lempar batu mengakibatkan dua anggotanya mengalami luka ringan. “Lukanya hanya lecet saja, akibat lemparan batu,” ucapnya. Para petugas yang menjaga dibekali tameng dan helm pengaman demi keselamatan. Petugas juga sesekali menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran. Tidak ada yang ditangkap dalam demonstrasi berujung ricuh tersebut.
Akibat dari aksi lempar batu di Jalan Bandengan menyebabkan kemacetan sekitar tiga kilometer. Sementara itu, para demonstran baru membubarkan diri sekitar pukul 18.00 WIB setelah dipaksa mundur oleh petugas kepolisian. (*mc/foto:Wignyo.P)