Nusantarakini.com, Jakarta – Ramadlan adalah salah satu dari dua belas bulan hijriyah dengan sistem penanggalan lunar. Pada bulan ramadlan kaum muslimin di seluruh dunia melaksanakan puasa. Puasa adalah suatu ibadah yang disyariatkan oleh Allah berupa menahan makan, minum dan berhubungan seks sejak imsak hingga berbuka puasa menjelang malam.
Di Indonesia tradisi ramadlan sangat terasa semarak. Ritme dan pola hidup terasa berubah dibandingkan dengan hari-hari di luar ramadlan. Barangkali karena Indonesia adalah negeri dengan penduduk mayoritas muslim.
Di negara yang terletak di Asia Tenggara ini, kaum muslimin melaksanakan tradisi puasa ramadlan dengan suka cita. Di bawah ini ada dua fenomena yang khas dapat dicatat.
Pertama, pada bulan ramadlan, umumnya di perkotaan, jalanan baik di kompleks-kompleks perumahan maupun jalanan besar, disulap menjadi festival kuliner. Setiap penduduk, tidak terkecuali non muslim, berlomba menjajakan penganan berbuka puasa. Jadilah jalanan menjadi lokasi festival kuliner terpanjang . Biasanya aktivitas ini berlangsung setelah waktu ashar hingga menjelang maghrib.
Yang mencolok dari ramadlan ialah tingkat penjualan makanan meningkat. Hal ini seiring dengan tingkat konsumsi penduduk yang juga meningkat. Sedangkan penjualan pakaian juga meningkat menjelang berakhirnya ramadlan.
Melihat gejala ini tak ada salahnya bila dikatakan ramadlan adalah Bulan Jualan sekaligus Bulan Kuliner.
Berikutnya yang khas dari ramadlan ialah siang hari hingga berbuka biasanya mesjid dipenuhi oleh penduduk laki-laki. Tentu saja bukan hanya untuk beribadah tapi juga melepas lelah dan istirahat. Tidak mengherankan jika mesjid-mesjid banyak orang yang tergeletak tiduran. Apalagi jika mesjidnya menyelenggarakan buka puasa. Mesjid Istiqlal sebagai mesjid terbesar di Indonesia ramai dengan fenomena tersebut. Di mesjid itu, setiap hari diselenggarakan buka puasa bersama. Penduduk dari luar kota, banyak yang mengunjungi istiqlal dan mencicipi buka bersama di mesjid ibukota tersebut. (sed)