Nusantarakini.com, Jakarta-
Dalam politik, “tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan”. Kalimat masyhur itu juga nampaknya harus benar-benar dicamkan oleh Kawan Ahok untuk siap-siap ditinggalkan Ahok dalam menyongsong Pilgub DKI Jakarta 2017 nanti.
Dalam laman informasi Kawan Ahok sendiri sudah mengangkat judul, “Verifikasi Dipersulit, Teman Ahok Siap Koordinasi dengan KPUD”. Naga-naganya memang dia sudah mulai merasakan kalau maju lewat jalur independen tidak semudah seperti yang dibayangkannya.
Perubahan UU Pilkada yang baru disahkan memang menjadikan beban kerja KPUD dan Teman Ahok sebagai pengusung akan jauh lebih berat. Dengan metode sensus yang dimasukkan dalam pasal 48, artinya tim KPUD harus bertatap muka langsung dengan satu juta pemberi dukungan dalam rentang waktu 14 hari. “Meski UU ini masih akan memasuki tahap gugatan, kita harus mulai melihat ke lapangan. UU baru ini mewajibkan KPU berusaha keras memverifikasi. Resikonya adalah skita harus berusaha keras menghadirkan. Ini pekerjaan besar, Teman Ahok dan KPUD memang harus menjadi mitra kerja solid di lapangan,” tegas juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas seperti yang dilansir dalam laman Teman Ahok.
Entah karena ada kendala di atas yang menjadikan Ahok pesimis untuk maju Pilgub lewat jalur independen atau memang ada strategi lain, yang jelas nampaknya Ahok sudah mulai mendekat, bahkan bisa dikatakan sangat dekat, dengan PDIP. Seperti yang dicatat kompas.com, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto membenarkan klaim Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengaku memiliki kedekatan dengan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri. Menurut dia, hubungan Megawati dan Ahok selama ini memang baik.
“Kalau Ibu Megawati dikatakan dekat dengan Ahok, ya Ibu Mega sayang sama Ahok,” kata Hasto seusai menghadiri peluncuran buku Birokrasi Digital di Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Senin (13/6/2016).
Hasto kembali menegaskan bahwa PDI-P tak akan mengusung Ahok jika tetap maju melalui jalur perseorangan. “Sekiranya Pak Ahok menempuh jalan perseorangan, kami hormati pilihan itu karena di dalam konstitusi tidak mengatur adanya sebuah pencalonan dengan sistem gabungan calon perseorangan dan kepartaian. Itu dua hal berbeda,” kata Hasto.
Sementara itu, politisi PDI-P yang lain, Arteria Dahlan menilai Ahok sebetulnya khawatir soal keterpenuhan dukungan jika maju independen. Sehingga pencalonan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilgub DKI masih dinamis, melalui jalur independen atau diusung PDI-P.
“Sekarang persepsinya seolah PDIP menunggu Ahok, padahal kan suatu fakta ini di depan mata Ahok cemas. Apakah dukungan calon independen yang disampaikan melalui booth-booth di mal-mal itu, dapat terbukti menurut hukum sebagai suatu syarat dukungan berdasarkan ketentuan UU yang baru?” kata Arteria kepada indopos.net di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/6/2016).
Oleh karena itu Arteria menyebut Ahok tak perlu malu-malu untuk mengakui dia butuh partai untuk bisa dicalonkan dalam Pilgub DKI. Ahok bisa meninggalkan dukungan perseorangan yang digalang Teman Ahok, lalu diusung PDIP.
“Jadi saya mencoba lebih jernih melihat, belajar dari pengalaman sebelumnya, kekhawatiran Ahok itu bukan karena Teman Ahok, tapi syarat dukungan,” tutur anggota komisi II DPR itu.
“Bayangkan saja, Partai Golkar dan Gerindra saja pernah ditinggalkan, apalagi Teman Ahok. Jadi kebutuhan Ahok jelas, Ahok dekat ke partai karena khawatir syarat dukungan gagal,” pungkas Arteria. (*mc/foto myahok.com)