Nusantarakini.com, Jakarta. Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) adalah salah satu kabupaten di ujung timur propinsi Sulawesi Tengah yang akan ikut menyelenggarakan Pilkada serentak 2017. Jumlah pemilih di bekas wilayah kerajaan Banggai ini hanya sebanyak 77.001 pemilih. Secara komposisi etnis, penduduk kabupaten ini relatif homogen. Sementara dari sisi agama yang dianut, penduduk Banggai Kepulauan terbagi menjadi dua sama besar yaitu muslim dan nasrani.
Suhu politik di Salakan, ibu kota kabupaten, sudah terasa meningkat. Di beberapa sudut jalan sudah terpasang gambar-gambar bakal calon bupati dan wakil bupati. Beberapa lembaga surve juga sudah turun melakukan wawancara dengan masyarakat.
Beberapa partai politik seperti PDIP, Nasdem juga sudah membuka pendataran bagi bakal calon. Sejumlah nama terlihat sudah mendaftar dan melakukan lobby-lobby politik untuk mendapatkan tiket dukungan. Berdasarkan pantauan reporter Nusantarakini.com, beberapa balon juga sudah mulai gencar melakukan sosialisasi di masyarakat.
Namun dari sekian banyak balon yang namanya sudah beredar dan mendaftarkan diri di partai, hanya empat nama saja yang dinilai paling berpotensi untuk bersaing. Menurut Syamsu Rizal, perwakilan Lembaga Konsultan Politik Indonesia (LKPI) wilayah Sulawesi Tengah, keempat balon tersebut adalah Lania Laosa, Irianto Malingong, Hery Ludong dan Nopan Saleh.
Syamsu Rizal menjelaskan, berdasarkan mini survei kualitatif yg dilakukan oleh tim LKPI di Salakan, keempat inilah yang saat ini paling populer di masyarakat. Lania Laosa, dinilai sebagai salah satu balon yang paling berpotensi karena ia adalah bupati Bangkep saat ini. Sebagai petahana, Lania memiliki keuntungan yang tidak dimiliki oleh balon lain. Sebagai petanaha, Lania memiliki akses jaringan birokrasi yang sangat mungkin digerakan untuk mendukungnya. Kinerja Lania selama lima tahun juga dinilai tidak terlalu mengecewakan masyarakat. Salah satu kelemahan Lania yang paling menonjol adalah pada persoalan yang menyangkut kehidupan pribadi dan keluarganya. Persoalan tiket dukungan partai juga nampaknya ia belum mendapatkan kepastian.
Balon kedua adalah Irianto Malingong. Tokoh ini dinilai sebagai salah satu balon yang paling berpotensi karena ia adalah mantan bupati Bangkep satu periode yang lalu. Saat dikalahkan oleh Lania lima tahun lalu, perolehan suaranya cukup signifikan. Irianto dipercaya masih memiliki pendukung setia yang besar. Citra positif selama menjabat bupati periode sebelumnya juga menjadi modal sosial yang kuat bagi Irianto. Kedekatan Irianto dengan beberapa fungsional partai seperti PDIP, nampaknya bisa memuluskannya mendapatkan dukungan partai. “Tidak ada kendala yang dihadapi Irianto kecuali modal finansial..klo ia bisa memecahkan kendalanya ia bakal menjadi kandidat yang susah dibendung..”, ungkap salah satu anggota konsultan yang telah memenangkan pasangan Winstar di Pilkada Banggai 2015 lalu.
Balon ketiga yang paling berpotensi adalah Nopan Saleh. Birokrat satu ini juga bukan nama asing di telinga masyarakat Bangkep. Pada Pilkada 2011 lalu ia juga salah satu calon yang dikalahkan Lania Laosa. Nopan Saleh memiliki pengalaman birokrasi yang cukup panjang. Jaringan sosialnya di Bangkep juga cukup kuat karena ia pernah menjabat Sekab Bangkep. Kemampuan manajemen politiknya juga sudah matang. Kelemahan Nopan adalah dia tidak memiliki lobby politik yang kuat dengan partai. Kelemahan ini bisa mengancam ia tidak mendapat tiket dari partai. Jalan keluarnya mungkin ia harus maju melalui jalur perseorangan.
Tokoh ketiga yang dinilai berpotensi adalah Hery Ludong. Dibanding balon lain, nama Hery ludong memang masih kalah populer. Anak muda asli Bangkep yang selama ini banyak merantau di Manado ini dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai tokoh pendatang baru dalam kancah politik Bangkep. Namun menurut Samsyu Rizal, Hery Ludong memiliki modal sosial yang kuat, khususnya di pemilih nasrani. Kekuatan politiknya pengusaha muda ini juga sudah terbukti cukup kuat dengan keberhasilannya mengambil kursi ketua partai Gerindra Bangkep. Modal finansial juga dinilai tidak ada kendala. “Ia butuh kerja keras dan strategi politik yang tepa. Salah langkah sedikit saja ia bisa kandas. Karena di dunia politik praktis yang keras dibutuhkan pengalaman dan ia belum punya jam terbang yang panjang”, jelas Samsyu Rizal. (* Mayang Kemuning)