Keluarnya Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PHP.BUP-XIV/2016 dan Nomor 62/PHP.BUP-XIV/2016 adalah puncak dari perjuangan pasangan calon bupati dan wakil bupati Banggai Herwin Yatim dan Mustar Labolo di Pilkada kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan Keputusan MK tersebut, KPU Banggai memiliki landasan hukum untuk menyatakan pasangan calon Herwin Yatim-Mustar Labolo sebagai pemenang Pilkada Banggai 2015. Saat ini pasangan calon bupati dan wakil bupati yang dikenal dengan istilah Winstar ini tinggal menunggu jadwal pelantikan. Rencana pelantikan dilakukan oleh gubernur Sulawesi Tengah di bulan Juli 2016 di Palu.
Kemenangan Winstar di pilkada Banggai 2015 adalah sebuah fenomena menarik. Pasalnya, kemenangan Winstar telah berhasil menjungkirbalikan prediksi banyak kalangan di Banggai. Selama ini banyak kalangan tidak memperhitungkan Winstar. Kebanyakan orang malah menganggap Winstar hanya sebagai penggembira saja. Menurut Fatharany, akademisi lokal yang sendang meneruskan study S2 di Jakarta, kemenangan Winstar adalah fenomena yang sangat menarik bila dilihat dari tradisi politik di Banggai. Ditemui di seputaran Sarinah Jakarta beberapa waktu lalu, Fathan mengatakan bahwa kemenangan Winstar telah benar-benar mengagetkan banyak kalangan di Banggai dan Sulawesi Tengah. “Kemenangan Winstar telah menjungkirbalikan prediksi banyak pihak di Banggai”, papar Fathan, biasa ia dipanggil.
Mengapa kemenangan Winstar dianggap sebagai fenomena menarik?
Pertama, karena Pilkada Banggai 2015 dianggap sebagai pertarungan antar petahana. Pertarungan antara bupati saat ini dengan mantan bupati satu perionde sebelumnya, yaitu pertarungan antara paslon Sofhian Mile-sukri Djalumang atau Makmun Amir-Bathia Sisilia Hadjar. Herwin Yatim tidak masuk hitungan karena hanya menjabat sebagai wakil bupati. Berbeda dengan paslon Sofhian Mile-sukri Djalumang (Smile-Suka) yang diprediksi bakal meraih dukungan suara terbanyak karena merupakan pasangan petahana atau bupati saat ini. Sebagai petahana pasangan Smile-suka ini tentunya memiliki keuntungan, yaitu bisa mengendalikan birokrasi dan kebijakan anggaran. Kekuatan petahana ini yang dinilai akan menjadi senjata ampuh untuk memobilisasi suara. Hal ini terlihat saat petahana turun bersosialisasi selalu diiringi oleh belasan mobil SKPD. Selain itu, sosok Sofhian Mile yang dianggap sebagai tokoh nasional yang diyakini memilki kemampuan strategi diatas rata-rata tokoh lokal. Hingga detik-detik terakhir pilkada, banyak kalangan yang masih merasa yakin bila tokoh “ban hitam” ini bakal memenangkan Pilkada dengan mengeluarkan jurus pamungkasnya. Walaupun kampanye terbuka paslon Smile-Suka selalu tidak dihardiri oleh banyak massa.
Paslon Makmun Amir-Bathia Sisilia Hadjar juga banyak diprediksi bakal memenangkan Pilkada Banggai. Makmun Amir adalah mantan bupati Banggai satu periode sebelumnya. Makmun Amir maju menggandeng Bathia Sisilia Hadjar, istri pengusaha sukses yang diharapkan akan memperkuat sisi pendanaan. Makmun Amir digadang-gadang maju Pilkada 2015 ini karena banyak kalangan menganggap dia sosok yang dirindukan sebagai bupati yang akan membawa kembali kemajuan di Banggai. Mutiara Bangkit Kembali, demikian selogan mereka. Hasil-hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei sewaan paslon Mutiara juga selalu menunjukan mereka selalu paling populer. Popularitas Winstar selalu diurutan paling buncit dengan selisih suara yang jauh.
Kedua, ada semacam keyakinan publik yang berkembang selama ini bahwa yang bisa memenangkan Pilkada Banggai adalah paslon yang merepresentasikan suku asli. Suku pendatang hanya bisa menduduki posisi wakil bupati. Oleh sebab itu paslon Winstar dianggap tidak merepresentasikan suku lokal. Winstar dianggap sebagai representasi dari suku pendatang walaupun wakilnya, Mustar Labolo, adalah orang lokal. Herwin Yatim berasal dari suku Mandar. Kelemahan kultural Winstar ini lah yang dianggap sebagai kendala utama Winstar untuk memenangkan Pilkada. Berbeda dengan Makmun Amir yang sangat merepresentasikan suku lokal. Makmun Amir adalah darah biru dari kerjaaan Banggai. Makmun Amir adalah anak dari raja Banggai. Kekuatan kultural ini yang dianggap sebagai alat ampuh untuk menarik suara yang besar dari suku asli di Banggai.
Ketiga, Winstar tidak didukung oleh media. Selama ini berita-berita koran lokal di Banggai sangat intensif dan positif memberitakan paslon Mutiara. Banner paslon Mutiara menghiasi setiap halaman media lokal. Disisi lain, sangat jarang paslon Winstar diberitakan di media lokal. Kalaupun diberitakan selalu bernada negatif. Hal ini wajar karena koran-koran lokal sudah menjalin kontrak pemberitaan dengan paslon Mutiara. “Media lokal sudah dibeli semua sama Mutiara”, kata Syamsu rizal, seorang aktvis di Luwuk. Salah satu koran lokal malah milik Bathia Sisilia Hadjar, calon wakil dari Mutiara. Bahkan hingga saat proses persidangan Perselisihan Hasil Pilkada (PHP) di Mahkamah Konstitusi, media lokal dan online masih sangat kritis terhadap Winstar.
Melalui lembaga survei sewaannya, Media Survey Indonesia (MSI), paslon Mutiara juga selalu mempublikasikan hasil survei secara reguler. Rilis Hasil survei dari lembaga pecahan LSI ini selalu menjadi headline di media lokal. Pada awal bulan November 2015, MSI mengatakan paslon Mutiara dipastikan bakal memenangkan Pilkada Banggai. Tingkat elektabilitas Mutiara sudah jauh meninggalkan pesaingnya, yaitu sebesar 42,4 persen. Sementara elektabilitas Smile-Suka mencapai 27,2 persen. Elektabilitas Winstar diposisi paling buncit, yaitu hanya sebesar 12,8%. Berita-berita prediksi kemenangan tersebut tidak hanya dimuat di headline media lokal, tetapi juga disebarkan fotocopyanya ke pelosok-pelosok wilayah Banggai.
Namun kenyataannya, semua prediksi salah total. Ternyata paslon Winstar berhasil meraih suara terbanyak. Winstar berhasil mencapai suara 37,9%, Mutiara hanya meraih 33,7% dan Smile-Suka hanya meraih 28,4%. Apa kesalahan fundamental dari paslon Mutiara dan Smile-Suka? “Mereka terlalu percaya diri..” tegas Fatharany. (*Mayang kemuning)